BANJARMASIN, KALIMANTANLIVE.COM – Dinas Kesehatan Kalsel (Dinkes Kalsel) mencatat penurunan kasus demam berdarah dengue (DBD) per 2-9 Januari 2023 sebanyak 22 kasus. Data tersebut berdasarkan laporan dari 13 kabupaten/kota se-Kalimantan Selatan.
Kabupaten yang menyumbang kasus DBD adalah Kota Banjarmasin 9 kasus, Kabupaten Balangan 2 kasus, Kabupaten Hulu Sungai Selatan 9 kasus dan Kabupaten Kota Baru 2 kasus.
# Baca Juga: Wacana Transportasi Kereta Api Kembali Mencuat di Kalsel, Kemenhub Akan Fasilitasi
# Baca Juga: Kalsel Berpotensi Hujan Petir dan Angin, BMKG: Cuaca Ekstrem di 20 Wilayah Jumat 13 Januari 2023
# Baca Juga: Bahas RUU Penyelenggaraan Olahraga, Komisi IV DPRD Kalsel Minta Bonus Atlet Harus Sepadan
# Baca Juga: Apresiasi Kesepakatan Kerja Sama Satpol PP Kalsel – Kalteng, Komisi I DPRD Kalsel Siap Bantu Anggaran
“Jadi berdasarkan data kasus DBD pada pekan ini sedikit menurun dibanding Desember 2022 lalu. Kondisi musim hujan menjadi faktor pemicu peningkatan kasus akibat gigitan nyamuk,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kalsel. Service, Diauddin di Banjarmasin, Kamis (12/1/2023).
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal tersebut, Dinas Kesehatan Kalsel berupaya mencegahnya dengan melakukan Gerakan 3M Plus yaitu menguras, menutup dan memanfaatkan atau mendaur ulang barang bekas, serta mencegah gigitan nyamuk dengan menggunakan cairan antinyamuk, pemberantasan jentik dengan larvasida. dalam air yang tergenang. dan menanam tanaman pengusir nyamuk.
“Maka untuk antisipasi dan upaya kita menekan DBD dengan menerapkan 3M Plus,” kata Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Eda Varia Rahmi.
Selain menerapkan gerakan 3M, pihaknya juga telah mengeluarkan surat edaran terkait potensi peningkatan kasus DBD pada tahun 2023 di kabupaten/kota se-Kalimantan Selatan.
Dimana dalam surat edaran tersebut tertulis seluruh kepala daerah di Kabupaten/Kota kepada RT/RW untuk mengaktifkan gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J), mewujudkan peran anggota keluarga sebagai Pemantau Jentik (JUMANTIK) di rumah, serta membawa keluar G1R1J di perkantoran, sekolah -sekolah dan tempat umum.
“Kita harus meningkatkan surveilans kasus dan faktor risiko kejadian DBD, termasuk melalui kegiatan Pemantauan Jentik Berkala (PJB),” ujarnya.
Selanjutnya, peningkatan kapasitas sumber daya dan keterlibatan lintas sektor untuk pencegahan dan pengendalian infeksi DBD, termasuk peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Memastikan tersedianya sarana dan prasarana untuk deteksi dini, pengobatan, dan pemberantasan nyamuk penular DBD.
Jika Anda digigit nyamuk, Anda akan mengalami gejala seperti demam tinggi, nyeri otot, sakit kepala, gangguan pencernaan, dan tubuh mudah lelah.
“Kalau gejalanya makin parah bisa dirujuk ke RSUD setempat,” kata Diauddin.
Untuk diketahui, berdasarkan data Dinas Kesehatan Kalsel, kasus DBD pada tahun 2022 mencapai 1.014 kasus dengan 8 diantaranya meninggal dunia. Kasus terbanyak terjadi di Kabupaten Banjar sebanyak 230 kasus, Kota Banjarbaru sebanyak 140 kasus, Kabupaten Kotabaru sebanyak 139 kasus, Kabupaten Hulu Sungai Tengah sebanyak 109 kasus, dan Kabupaten Tanah Laut..(*/kalimantanlive.com)
editor: NMD
sumber: diskominfomc.kalselprov.go.id