Amuntai (ANTARA) – Dinas Pertanian Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) mengantisipasi ancaman gagal panen yang akan terjadi pada 2022 agar dapat dikendalikan dan tidak terjadi lagi pada tahun ini.
Kepala Dinas Pertanian HSU, Masrai Syawfajar Nejar mengatakan, ancaman gagal panen akibat perubahan cuaca diantisipasi melalui penyampaian informasi dari BMKG kepada petani.
“Sehingga petani bisa menanam sesuai dengan kondisi iklim dan cuaca untuk menghindari gagal panen,” kata Masrai saat dihubungi melalui WhatsApp di Jakarta, Kamis.
Masrai mengatakan upaya lain seperti melakukan gerakan pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). melakukan pemompaan sawah yang tergenang air.
Langkah strategis penguatan Ketahanan Pangan di Kawasan HSU melalui
meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman pangan melalui pemanfaatan sumber daya secara optimal.
Sumber daya yang dimaksimalkan seperti penggunaan bibit unggul, peningkatan penerapan manajemen tanaman terpadu dan intensitas tanam (IP).
Selain itu, peningkatan pengamanan dan penjagaan tanaman dari serangan OPT dan DPI, serta perbaikan sarana pasca panen tanaman pangan dan kualitas pengolahan dan pemasaran hasil tanaman pangan.
“Tambahan areal tanam khususnya padi juga akan kami tingkatkan melalui pengelolaan lahan dan air serta pengembangan mekanisasi pertanian,” kata Ilham.
Upaya dilakukan melalui peningkatan prasarana dan sarana pengelolaan lahan dan air, peningkatan ketersediaan dan mesin pertanian.
Terakhir, tingkatkan ketersediaan pupuk
dan akses petani terhadap permodalan/pembiayaan pertanian.
Kepala Divisi Tanaman Pangan Nor Ilham menambahkan, kondisi petani di HSU pasca gagal panen akibat bencana banjir tidak 100 persen mengalami kegagalan dalam usahanya.
Sawah yang biasanya ditanami padi berubah menjadi perairan yang menghasilkan ikan sehingga petani sementara beralih menjadi nelayan untuk memenuhi kebutuhan hidup, produksi padi menurun tetapi produksi perikanan tangkap meningkat, kata Ilham.
Ilham mengatakan produksi padi mengalami penurunan karena sawah sebagian besar tergenang air sepanjang tahun akibat tingginya curah hujan dan banjir kiriman dari kabupaten tetangga (Balangan dan Tabalong) sehingga petani tidak bisa menanam padi secara maksimal.
Kendala lain yang dihadapi petani adalah tumbuh dan berkembangnya gulma berupa Tanaman Raksasa Puti Malu atau disebut petani HSU ‘gunung resapan’ yang tumbuh subur menutupi lahan pertanian.
Selain itu, lanjut dia, terbatasnya infrastruktur pertanian dalam mencegah banjir juga menjadi penyebab tergenangnya sawah
Dikatakannya, potensi lahan sawah di Kabupaten HSU seluas 36.025 ha, terdiri dari sawah irigasi 6.050 ha (16,79%), sawah tadah hujan 481 ha (1,36%), dan sawah lebak 29.494 ha (81,87%). %).
Luas lahan yang terkena bencana banjir tahun 2022 ditargetkan seluas 20.420 ha lahan yang ditanami padi, namun hanya dapat ditanami seluas 7.378 ha (36,13%), artinya lahan yang terkena bencana alam banjir yang mengakibatkan petani tidak bisa menanam seluas 13.042 ha (63,87%).
Produksi beras tahun 2022 di Kabupaten HSU sebesar 37.128 ton, jauh dari target produksi yang ditetapkan sebesar 110.076 ton.