Diperbarui: 5 April 2023 19:12
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Kalau bicara soal film, jujur beberapa tahun terakhir saya jarang banget untuk nonton film langsung di bioskop. Selain karena sudah berumah tangga dan baru memiliki anak, gairah untuk menonton sebuah film tidak terlalu membuncah seperti di masa belum menikah.
Saat film KKN Desa Penari mencuat dan booming, keinginan untuk menonton film tersebut begitu menggebu-gebu. Namun disebabkan karena kesibukan, akhirnya film KKN turun dari bioskop dan kesempatan untuk menonton lewat begitu saja.
Termasuk setelah itu, Film Avatar 2 dan Film Mencuri Raden Saleh yang juga tak kalah booming sedang tayang di bioskop, keinginan untuk menonton pun membuncah namun lewat begitu saja. Keinginan menonton tidak seratus persen menggebu seperti tahun-tahun sebelumnya.
Hampir semua genre film saya tonton, satu genre yang mulai berkurang saya tonton adalah film-film action dengan adegan berdarah-darah. Yang paling sering saya tonton adalah film-film komedi, drama dan tentu saja film reliji.
Kalau bicara soal film reliji, salah satu film yang membuat hati saya bergetar dan sedih adalah film Emak Ingin Naik Haji. Film yang dirilis tahun 2009 ini disutradarai oleh Aditya Gumay yang dikenal masyarakat Indonesia lewat Lenong Bocah.
Film Emak Ingin Naik Haji merupakan film reliji yang diadaptasi dari cerita pendek milik Asma Nadia. Film yang diperankan oleh pemimpin film senior Aty Cancer, Reza Rahadian, Ayu Pratiwi, Didi Petet.
Cerita Film Emak Ingin Naik Haji dimulai dari tokoh Emak (Aty Cancer) yang sudah paruh baya. Satu-satunya harapan Emak dalam hidupnya yang belum tercapai adalah keinginan untuk berhaji. Ongkos haji yang lumayan besar agak sulit dikumpulkan Emak mengingat penghasilan Emak diperoleh dari berjualan kue-kue dari jajanan pasar.
Namun tekad Emak yang begitu bulat tidak mematahkan semangatnya untuk tetap mewujudkan keinginannya untuk berhaji. Dibantu oleh Zein (Reza Rahadian) anaknya Emak yang merupakan duda. Zein yang berjualan lukisan
Konflik batin Emak yang ingin sekali berhaji begitu sampai di hati penonton. Belum lagi konflik Zein dengan mantan istrinya yang merongrong Zein. Dan tetangga Emak yang sering memesan kue yang begitu gampang bolak-balik ke Tanah Suci untuk melakukan ibadah haji atau umroh.
Banyak pesan yang disampaikan di Film Emak Ingin Naik Haji ini, kesenjangan sosial di lingkungan Emak sudah jadi hal yang biasa di Indonesia. Di mana yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin terperosok pada kemiskinannya.
Belum lagi di beberapa adegan film, ibadah berhaji atau ibadah umroh jadi aktivitas yang memantik hati sebagai hamba yang patuh dan melakukan ibadah karena semata ridho Allah SWT. Bahkan melakukan ibadah haji atau umroh untuk kepentingan politik. Na’udzubillah….