Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas dunia pada perdagangan Selasa (21/3/2023) terpantau melemah 1,94% menjadi US$ 1.940,15. Hal ini menunjukkan bahwa logam mulia mulai terpuruk setelah harga ‘pesta pora’ akhir-akhir ini.
Harga emas juga masih melemah pagi ini. Pada perdagangan hari ini, Rabu (22/3/2023) pukul 05:59 WIB, harga emas berada di level US$ 1.940,95 per troy ounce. Harga kembali melandai sedikit menguat 0,04%. Namun, posisi tersebut masih berada di level tertinggi sejak 2 Februari 2023.
Melonjaknya harga emas dunia membawanya ke level tertinggi dalam setahun dan mendekati US$2.000 per troy ounce. Penyebabnya adalah krisis perbankan yang sedang terjadi. Runtuhnya bank di Amerika Serikat meningkatkan harapan besar, Federal Reserve menghentikan siklus pengetatannya.
Saat ini pelaku pasar juga sedang mencerna dampak dari regulator AS yang terburu-buru membendung kegagalan mendadak Silicon Valley Bank dan Signature Bank.
Pasar emas telah menerima permintaan tersebuttempat yang amandari keadaan buruk perbankan AS. Namun, harga telah didorong oleh ekspektasi kenaikan suku bunga bank sentral AS.
Faktanya, para analis mengatakan demikian Pola perdagangan emas bisa menyerupai tahun 2018, ketika logam mulia mencapai $1.350 per ons setelah Federal fund futures mengisyaratkan pergeseran dari pengetatan ke pelonggaran.
Kali ini, hasilnya bisa jadi emas naik ke level US$3.000.
“Reli membawa logam ke ketinggian baru sekitar US$2.060. Kondisi tampaknya cukup bagi emas untuk menuju US$3.000,” kata McGlone.
Harga komoditas yang lebih rendah juga menunjukkan prospek pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat yang tidak dapat diperketat oleh Fed lebih lanjut.
“Indeks Spot Komoditas Bloomberg turun sekitar 20% dalam basis 12 bulan hingga 13 Maret, dan Fed tidak pernah mempertahankan siklus pengetatan dengan jenis kondisi deflasi (database sejak 1960) yang mungkin terjadi pada kuartal pertama. Poros Fed untuk pelonggaran telah menjadi faktor pembelian utama. emas,” kata McGlon Ahli strategi makro senior Bloomberg Intelligence.
Inilah mengapa emas terlihat menjadi komoditas unggulan tahun ini, terutama jika AS sedang mengalami resesi.
Kendati demikian, harga emas mulai menunjukkan kemerosotan karena beberapa faktor. Salah satunya adalah tindakan laba mengambil karena harga telah meningkat tajam. Untuk diketahui, harga emas telah melesat naik 3,4% dalam sepekan.
Analis OANDA Edward Moya mengatakan emas masih berpotensi naik karena krisis perbankan belum juga teratasi.
Sejumlah langkah mitigasi memang telah dilakukan namun masalah belum juga teratasi. Seperti diketahui, AS terguncang setelah Silicon Valley Bank (SVB), Silvergate Bank, dan Signature Bank kolaps sementara Eropa diguncang krisis Credit Suisse.
Sementara itu, sekitar 11 bank di AS juga memutuskan menempatkan deposito di First Republick Bank senilai US$ 30 miliar untuk mencegah bank tersebut menjadi ‘SVB berikutnya’.
Perdagangan emas hari ini mungkin masih asik karena investor menunggu keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed). Seperti diketahui, The Fed akan menggelar pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada Selasa dan Rabu pekan ini waktu AS (21-22/3/2023).
Berdasarkan alat FedWatch yang dimiliki oleh CME Group, pelaku pasar melihat kemungkinan sebesar 62% bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps pada pertengahan minggu ini.
Jika Fed menaikkan suku bunga seperti yang diharapkan maka emas bisa terbang lagi. Namun, jika Fed lebih agresif dari perkiraan maka harga emas bisa ambruk.
PENELITIAN CNBC INDONESIA
[email protected]
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
Harga Emas Dunia untuk Seminggu: Naik Adalah Jalan Ninja Saya!
(aum/sef)