Bandung –
Febri Hariyadi mengalami musim yang sulit tahun ini. Menit yang dia mainkan sangat minim dibandingkan musim-musim sebelumnya. Pemain yang akrab disapa Bow itu hanya melakoni 17 laga hingga pekan ke-32 Liga 2022-2023. Dari 17 pertandingan tersebut, Febri hanya mencetak satu gol.
Gol tersebut ia ciptakan saat Maung Bandung melakoni laga tandang melawan Persik Kediri pada 7 Desember 2022. Usai pertandingan melawan Persik. Febri tak lagi memperlihatkan tajinya.
Dua laga awal saat Persib dilatih Luis Milla, Febri masih dipercaya bermain sejak menit awal. Namun, ia selalu dicopot dan digantikan oleh pemain lain. Selanjutnya, Febri hanya menghiasi bangku cadangan.
Bow terakhir kali masuk lapangan sejak awal pertandingan melawan Persebaya Surabaya, 10 Desember 2022. Persib menang 2-1. Febri bermain hingga menit terakhir. Usai laga ini, pemain 27 tahun itu mengalami cedera saat melawan Dewa United, 14 Desember 2022.
Febri mengalami cedera hamstring dan melewatkan lima pertandingan. Setelah cederanya pulih, dia tidak pernah bermain lagi sejak awal pertandingan. Bahkan, ia absen dari daftar skuat selama tiga pertandingan. Kemudian, hanya duduk di bangku cadangan selama empat pertandingan. Selebihnya, dia bermain di babak kedua.
Febri hanya bermain 740 menit musim ini. Musim sebelumnya, ia mendapat kesempatan bermain hingga 1.925 menit. Sedangkan selama berseragam Persib dan debut pada 2015, menit bermain terlama Febri adalah pada musim 2018-2019. Febri bermain 2.331 menit, memainkan 28 pertandingan dan mencetak 9 gol dan 8 assist.
Musim 2018-2019 bisa dibilang sebagai era Bow. Kini, taji Febri mulai tumpul. Mengalami penurunan kinerja. Saat Persib menghadapi Persija pada 31 Maret 2023, Luis Milla lebih memilih Frets Butuan di sisi kanan. Padahal, sebelah kanan adalah posisi asli Febri. Begitu juga saat Persib mengalahkan Persis Solo 3-1, Bow tidak mendapat menit bermain.
Kesulitan Bangun
Legenda Persib Sutiono Lamso melontarkan kritik keras terhadap performa Febri. Sutiono menilai sulit bagi Febri untuk kembali ke performa terbaiknya. Sebab, gaya bermain Febri monoton.
“Dulu saya dikritik, Febri terlalu cepat melejit. Dia tidak melalui proses dulu. Dari nol dulu kemudian naik turun. Jadi dari proses dulu dia sudah dewasa,” kata legenda Persib yang akrab disapa itu. Suti ke detikJabarKamis (6/4/2023).
“Jadi dia akan tahu jatuh, lalu naik ke level puncak,” tambah Sutiono.
Sutiono menilai karier Febri akan segera menanjak. Ia mengatakan saat berada di puncak karir, pemain harus bisa menjaga performa. Padahal, lanjutnya, perlu ada inovasi dalam gaya bermain. “Kalau di atas itu berarti hanya turun. Jadi apa yang harus diantisipasi? Seharusnya Febri mengantisipasi itu,” kata Sutiono.
Sutiono mengatakan, ketika penampilan Bow kembali bagus, pemain lawan, termasuk klub-klub yang bersaing di Liga 1, akan mempelajari permainan Febri. Hal ini juga berlaku untuk pemain lain yang menjadi andalan di klub tersebut.
“Sampai dipelajari titik lemahnya. Selain itu kita juga harus berinovasi. Jangan hanya seperti itu. Karena kita bermain sepak bola, kita perlu perbaikan. Faktor lainnya adalah pelatih yang berbeda, karakter yang berbeda,” ujar Suti.
Sutiono menjelaskan, Luis Milla sudah tidak asing lagi dengan Bow. Lulusan akademi Persib ini bermain untuk timnas Indonesia yang saat itu dijabat oleh Luis Milla. Bow melakukan debut untuk tim nasional pada 2017.
Menurut Suti, pertemuan Bow dengan Milla selama di Persib seharusnya menjadi motivasi untuk bangkit. Namun, legenda Persib ini menilai Bow belum menemukan titik kebangkitannya. Jadi, Anda masih belum mendapatkan cukup menit untuk bermain.
“Saya pikir ada motivasi untuk bangkit, ternyata tidak juga. Kenapa?
“Memang terkadang ketika kita sudah jatuh, sulit untuk bangkit lagi,” pungkas Suti.
(sud/iqk)