Festival Kurikulum Gratis yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menghadirkan cerita menarik dari implementasi Kurikulum Gratis di satuan pendidikan di berbagai daerah di Indonesia.
Cerita tersebut disajikan dalam sesi dialog yang dilakukan secara hybrid, untuk menginspirasi peserta dalam mengimplementasikan Kurikulum Mandiri.
Seperti dilansir dari laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PDM), Iwan Syahril yang memandu dialog mengatakan, Kurikulum Merdeka bersifat adaptif, fleksibel, dan berfokus pada siswa.
“Arah perubahan kurikulum yang tertuang dalam Pembelajaran Merdeka Episode 15 adalah struktur kurikulum yang adaptif dengan berbagai kondisi daerah di Indonesia, lebih fleksibel, fokus pada materi esensial, memberikan keleluasaan bagi guru untuk menggunakan berbagai perangkat pengajaran sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya. dari siswa, dan fokus kepada siswa,” ujar Iwan saat mengawali dialog inspirasional pada Festival Kurikulum Merdeka di Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Selasa (27/06).
Dalam dialog tersebut, hadir empat narasumber dari berbagai pemangku kepentingan yaitu guru SD Negeri Butuh I Kabupaten Kediri, Eka Nurviana Fatmawati; Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Muhammad Anhar; Siswa SMA Negeri 3 Penajam Paser Utara, Sabrina Ramadhani; dan Sri Rahayu dari Komunitas Sidina sebagai perwakilan orang tua.
Eka Nurviana menuturkan, melalui Kurikulum Merdeka, ia mengajarkan Matematika dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila. Eka mengemas pembelajaran melalui permainan yang dilakukan secara kolaboratif oleh para siswanya.
“Untuk Matematika, saya mengajak anak-anak mengulas pembelajaran melalui permainan Math Stacko. Saya juga memberikan tantangan lain yaitu gambar misteri yang harus dipecahkan secara gotong royong,” ujar Eka.
Sebelumnya, Eka membuat berbagai macam soal dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Jadi siswa akan memilih sendiri soal mana yang akan dikerjakan, tetapi memilihnya sesuai dengan warna yang diambil pada menara Math Stacko. “Dalam penilaian formatif ini, saya lebih menekankan pada pemberian umpan balik dan refleksi atas kesulitan yang dihadapi siswa,” ujar Eka.
Eka menjelaskan bahwa setiap soal yang diberikan kepada siswa disertai dengan kode warna misteri dan jawaban dari soal tersebut harus dicari di Gambar Misteri.
“Apa yang saya harapkan ternyata meskipun semua orang sibuk mengerjakan pertanyaan mereka sendiri, mereka tidak egois. Mereka akan turun langsung untuk membantu siswa yang meruntuhkan tower tersebut. Inilah inti dari kegiatan belajar yang saya lakukan, belajar Matematika sambil langsung menerapkan nilai-nilai persatuan dalam memperingati hari lahir Pancasila,” ujar Eka.
Sementara itu, Muhammad Anhar menceritakan bagaimana Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tengah meningkatkan kualitas SDM dengan mengadaptasi program Merdeka Belajar, salah satunya Kurikulum Merdeka.
“Kalau kita kaji, ini sangat sejalan dengan filosofi Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan itu membebaskan dan menyelamatkan. Jadi kita tidak berpikir panjang lagi, kita coba menyesuaikan dengan program Merdeka Belajar ini,” ujar Anhar.
Di Kabupaten Hulu Tengah, kata Anhar, pihaknya membuat regulasi untuk mendukung Kurikulum Mandiri di satuan pendidikan dengan menempatkan satu komunitas di setiap sekolah.
“Di setiap sekolah sudah ada komunitas yaitu guru dan agen perubahan. Seorang agen perubahan dalam komunitas belajar akan menggerakkan guru lainnya, karena untuk menciptakan siswa yang bisa belajar seumur hidup, dibutuhkan guru yang juga belajar untuk hidup,” dia berkata.
Anhar berpendapat bahwa Kurikulum Merdeka merupakan titik tolak bagi Kabupaten Hulu Tengah untuk mencapai tujuan pendidikan yang sejalan dengan filosofi Ki Hajar Dewantara. “Saya mengajak pemerintah daerah untuk lebih cepat beradaptasi dengan program yang ada dan yakinlah bahwa Kemendikbud memiliki pandangan yang lebih luas dan jauh terhadap pendidikan di Indonesia,” ujar Anhar.
Sementara itu, Sri Rahayu yang merupakan orang tua dari seorang anak yang menerapkan Kurikulum Merdeka di sekolahnya menyadari betul bahwa Kurikulum Merdeka sangat adaptif dan sesuai dengan kebutuhan saat ini. Dengan adanya Kurikulum Merdeka, ia merasa senang dan enjoy saat menemani anaknya belajar di rumah.
“Dengan materi esensial, anak-anak saya akhirnya tidak terbebani dengan pekerjaan rumah. Dengan penanaman karakter 30%, dan P5 nilai akademik dan non akademik seimbang. Ini terwujud dari saat pengujian tingkat emosional. Ketika Kurikulum Merdeka diterapkan, anak saya tidak mengalami stres,” ujar Sri Rahayu.
Sri Rahayu mengatakan, saat menerima rapor anak-anaknya yang mengikuti P5, semua nilainya bagus.
“Ini kemajuan dimana melalui Kurikulum Mandiri, anak mampu menghadapi tantangan,” ujarnya.
Dengan adanya empat keterampilan yang terangkum dalam enam dimensi Profil Pelajar Pancasila, yaitu kolaborasi, berpikir kritis, kreatif dan komunikatif, Sri Rahayu berkeyakinan bahwa anak-anak generasi penerus akan menjadi generasi yang profesional sekaligus religius.
“Jadi saya sangat senang ketika kami bersama anak-anak kami. Tentu saja, kami juga tidak hanya bertanya “apa yang kamu pelajari?” tapi rasa. Ketika anak-anak pulang “bagaimana sekolah hari ini? Senang atau tidak?” “Senang sekali”. Itu yang kita tunggu-tunggu,” jelasnya.
Sementara itu, Sabrina yang merupakan siswa kelas X SMA Negeri 3 Penajam Paser menyampaikan pelaksanaan pembelajaran melalui Kurikulum Merdeka pada mata pelajaran kewirausahaan dengan memanfaatkan lingkungan. Pada proyek P5, Sabrina memilih menanam kangkung dengan tanah subur.
“Kami memilih tema agribisnis dimana kami tidak hanya belajar berwirausaha, tapi juga belajar mengolah lahan menjadi lahan pertanian,” ujar Sabrina.
Sabrina mengatakan, dengan menanam kangkung, dia dan timnya bisa panen dua kali lipat selama proyek P5 dilaksanakan, sehingga secara ekonomi keuntungannya lebih besar.
“Dalam proyek ini, tolak ukur dari saya adalah peningkatan kerjasama kami di dalam grup serta tercapainya target penjualan, tapi disini kami mungkin belum mencapai target penjualan, tapi kerjasama kami berkembang,” jelas Sabrina.