Flu burung atau virus H5N1 telah masuk ke Kalimantan Selatan. Pemprov memastikan satu kasus positif muncul di Hulu Sungai Utara (HSU). Bagaimana keadaan saat ini di HSU?
Dikenal sebagai daerah pemasok unggas (ayam dan bebek), otoritas HSU mulai menerapkan karantina.
Kepala Dinas Pertanian HSU, Masrai Syawafajar Nejar melalui Kabid Kesehatan Hewan dan Kesmavet, drh I Gusti Putu Susila mengatakan, unggas yang baru masuk ke peternakan akan diisolasi selama dua minggu.
Unggas yang sakit juga harus dipisahkan agar tidak mencemari yang sehat.
“Peternak atau pengumpul unggas harus memisahkan hewan yang bergejala klinis dari unggas yang sehat,” katanya kepada Radar Banjarmasin, (1/3). Langkah selanjutnya adalah memvaksinasi unggas yang sehat, mensterilkan kandang, dan memantau unggas yang dikirim ke luar daerah.
Putu menambahkan, untuk mitigasi, pengawasan ditingkatkan. Baik secara pasif (menunggu laporan masyarakat) maupun secara aktif (kunjungan lapangan). Pihaknya juga telah mendistribusikan obat-obatan dan vitamin kepada para peternak untuk memperkuat daya tahan unggas. Terakhir, pengawasan pemeriksaan laboratorium terhadap sampel kasus yang diduga mengarah ke flu burung.
Sementara itu, peternak dan pengepul unggas dari Desa Jumba, Kecamatan Amuntai Selatan, Madi membenarkan adanya unggas yang mati.
Namun menurutnya masih dalam jumlah yang wajar. Sangat berbeda dengan wabah flu burung pada tahun 2001 dan 2014.
Saat itu, Madi ingat betul, banyak ayam dan bebek yang tumbang.
“Kalau kita lihat, selain flu burung, cuaca juga berpengaruh. Musim ini kadang panas kadang hujan, burung mudah sakit,” jelasnya. Madi sendiri sudah mengkarantina ayam sakit di kandang terpisah. Ia mengklaim, isu flu burung belum mempengaruhi pasar. Permintaan konsumen terhadap unggas masih tinggi. “Permintaan dan pasokan unggas lokal masih normal,” ujarnya.
Risiko Menular ke Manusia Masih Kecil
Masyarakat Banua diminta tidak panik. Pasalnya, risiko penularan flu burung ke manusia masih sangat kecil. “Karena kasusnya masih di unggas, bukan di manusia,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kalsel, dr Diauddin (1/3).
Kalaupun virus H5N1 menular ke manusia, dia menegaskan, Dinas Kesehatan siap menanganinya. “Misalnya kalau menular ke manusia insya Allah sudah siap, meski jarang terjadi. Karena penanganan virus ini sama dengan Covid,” ujarnya.
Secara default, pasien flu burung diobati dengan obat antivirus. “Obatnya tersedia di sini,” jaminnya. Sebelumnya, sesuai perintah gubernur, Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalsel meningkatkan biosecurity agar wabah flu burung tidak meluas.
Kepala Dinas Perkebunan dan Perkebunan Kalsel, Suparmi mengaku sudah berkoordinasi dengan Balai Besar Veteriner Banjarbaru dan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP).
Tujuannya untuk menguji sampel kasus suspek dan memantau lalu lintas unggas antar provinsi. Sebagai informasi, pemerintah pusat mewaspadai kejadian luar biasa (KLB) flu burung clade baru 2.3.4.4b, meski risiko penularan ke manusia masih rendah.
Hal itu tampak dalam surat edaran Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Nomor PV.03.01/C/824/2023 yang ditetapkan pada 24 Februari 2023.
Dalam surat edaran itu, Dinas Kesehatan dan KKP diminta bersinergi mencegah penularan flu burung pada populasi manusia. (mar/ris/gr/fud)