Ketua Gapki Kalsel, Eddy S Binti mengatakan antisipasi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) penting bagi Gapki, sehingga diskusi ini digelar dengan mengundang Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalsel dan Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Kalsel. Polda Kalimantan Selatan.
“Kesiapan Gapki sendiri sudah bekerjasama dengan kelompok tani dan relawan peduli kebakaran, hingga Badan Pemadam Kebakaran (BPK) untuk bersama-sama mencegah karhutla,” jelasnya.
Kasubdit Kesiapsiagaan BPBD Kalsel Ariansyah menyampaikan, potensi bencana pada musim kemarau 2023 menyebabkan fenomena menghangatnya suhu permukaan laut di atas kondisi normal atau biasa disebut El Nino.
“Artinya musim kemarau cukup panjang dan cukup parah, sehingga potensi bencana seperti karhutla dan kekeringan juga akan mengikuti, kita akan konsentrasikan pada dua hal tersebut,” jelasnya.
Ia mengatakan, salah satu upaya yang telah dilakukan adalah dengan melakukan rapat koordinasi kesiapsiagaan di tingkat provinsi yang ditindaklanjuti dengan rapat dan simulasi. Upaya nyata adalah membasahi kembali lahan gambut dan meningkatkan debit air.
“Ke depan kami minta bantuan BNPB bekerjasama dengan Badan Riset dan Informasi terkait teknologi modifikasi cuaca (TMC), untuk mengisi waduk, bendungan dan lain-lain, agar cadangan air tercukupi dan sirkulasi air di lahan gambut tetap terjaga, bahkan upaya sosialisasi pembukaan lahan tanpa bakar juga sudah dilakukan,” imbuhnya.
Sementara itu, tim dari Kasubdit IV Tipidter Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Kalsel, Andreas mengatakan, karhutla biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, seperti faktor alam, kelalaian manusia, bahkan kebiasaan dan niat.
“Inovasi berupa aplikasi juga telah dilakukan oleh Bareskrim Polda Kalsel yaitu Bekantan, dari aplikasi ini dapat memantau titik api, aplikasi ini terintegrasi dengan Mabes Polri dan instansi terkait,” jelasnya.
Berdasarkan data Polda Kalsel, daerah rawan karhutla terdapat di enam kabupaten, yakni Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Tapin, dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan, namun tidak menutup kemungkinan. kemungkinan di kabupaten lain.
“Kami juga bekerjasama dengan perusahaan dengan membangun menara pemantau kebakaran di daerah rawan karhutla, pembuatan kanal agar sirkulasi air dapat merata, semoga semuanya tetap terjaga sehingga pemantauan pencegahan karhutla dapat dilakukan kembali,” tutupnya.