Perbaikan jembatan di Desa Sungai Rangas, Kecamatan Labuan Amas Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), akan segera dilakukan.
Pengerjaan jembatan alternatif sementara juga telah dimulai. Di lokasi, telah dipasang rambu dan spanduk peringatan bagi pengendara. “Hati-hati, di sepanjang jalan ini ada pekerjaan jembatan,” bunyi tulisan di spanduk itu.
Anggota DPRD Kalsel, Attahilah Hasby meminta Badan Penyelenggaraan Jalan Nasional (BPJN) Wilayah XI Banjarmasin memikirkan dampak proyek tersebut.
“Betul, sudah waktunya diperbaiki. Tapi siap-siap jalan kabupaten rusak. Karena tidak memungkinkan jembatan sementara menahan beban dengan tonase 25-50 ton,” ujarnya.
Perbaikan jembatan ini memang seperti buah simalakama. Jika jembatan diperbaiki, jalan kabupaten akan rusak karena menjadi jalur alternatif truk besar. Lalu apa solusinya? “Tolong gunakan armada kecil saja,” pintanya.
Jembatan Sungai Rangas adalah rute vital. Menghubungkan beberapa kabupaten. Yakni Sungai Hulu Selatan (HSS), Sungai Hulu Tengah (HST), Sungai Hulu Utara (HSU), Balangan, dan Tabalong.
Belajar dari perbaikan Jembatan Mataraman di Kabupaten Banjar yang rusak akibat banjir pada awal tahun 2021, dampaknya memicu kemacetan panjang dan peningkatan bahan makanan pokok akibat terhambatnya jalur distribusi.
“Kalau nanti (akibat perbaikan) distribusi sembako tidak lancar ke hulu, otomatis ada kenaikan harga,” pungkas anggota Komisi IV itu.
Jembatan Sungai Rangas mulai rusak sejak 2021. Tepiannya telah tenggelam dan tenggelam ke dalam tanah. Permukaan aspal bergelombang.
Menurut catatan media, setidaknya telah terjadi lima kecelakaan di jembatan tersebut. Dua nyawa hilang dalam dua kecelakaan fatal.
“Pernah mobil BPK terguling karena melintasi jembatan bergelombang ini, akhirnya salah satu anggotanya meninggal dunia. Lalu terjadi kecelakaan antara trailer dengan pengendara motor, pengendara motor meninggal di tempat,” kata Syafruddin, warga setempat.
Meski begitu, masyarakat meminta agar perbaikan tetap dilanjutkan. Dengan syarat pembangunan jembatan alternatif juga akan segera selesai.
Pasalnya, kondisi jembatan yang ada saat ini sangat berbahaya bagi pengguna jalan.
“Kalau bisa ada pengamanan di sepanjang jalan di provinsi ini dan dilengkapi penerangan,” usulnya.
Syafruddin khawatir jika truk jumbo lewat seenaknya, jembatan alternatif itu akan jebol.
“Bencana itu namanya tidak ada yang tahu. Apalagi truk-truk besar sering melintas. Setidaknya tidak memakan korban lagi,” jelasnya.
Jalur ini merupakan jalan nasional yang dilalui pengguna jalan selama 24 jam. Sehingga warga meminta dipasang rambu agar lebih besar dan mencolok.
“Tulisan di spanduk harus besar, diletakkan dua arah. Dari Barabai ke Kandangan dan sebaliknya. Harus seperti itu, supaya pengendara bisa lihat dari jauh,” tutupnya.
Radar Banjarmasin mencoba mengkonfirmasi BPJN. Namun hingga berita ini ditulis, belum ada keterangan resmi yang diberikan oleh kantor di bawah Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR tersebut.