Muhammad AzwarCNBC Indonesia
Pasar
Jumat, 17/02/2023 09:28 WIB
Foto: Karyawan menunjukkan emas Antam di gerai Galeri 24 Pegadaian di Jakarta, Senin (5/12/2022). Harga emas batangan di PT Pegadaian stagnan pada perdagangan hari ini, Senin (5/12/2022). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas Antam hari ini (17/2/23) stagnan alias tidak berubah setelah anjlok pada perdagangan kemarin. Harga emas di butik emas LM Graha Dipta Pulo Gadung ukuran satu gram masih Rp 1.019.000 per batang. Kemarin, emas Antam turun Rp. 10.000.
Sementara harga buyback emas Antam dipatok Rp 904 ribu per gram. Harga juga tidak berubah dari perdagangan sebelumnya.
Harga emas Antam yang diperdagangkan bervariasi dari segi ukuran. Untuk lebih jelasnya lihat data harga emas hari ini
Harga emas dunia belakangan ini menjadi sorotan para pelaku pasar, dan pada Kamis (16/2/2023), harga emas menguat tipis 0,07% menjadi US$ 1.837,44 per troy ounce. Meski begitu, dampaknya terhadap harga emas Antam tidak terlalu besar karena nilai tukar rupiah juga menguat terhadap dolar AS Kamis lalu setelah Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuannya. Rupiah menguat 0,31% menjadi Rp15.153/US$, menurut data Refinitiv.
Perkembangan harga emas dunia akhir-akhir ini menjadi sorotan banyak pelaku pasar. Setelah menguat tipis kemarin, harga emas kembali melemah pada perdagangan Jumat (17/2/2023) pagi ini.
Tren pelemahan emas yang terjadi sejak awal bulan ini semakin terkonfirmasi dengan pelemahan harga emas hari ini yang bahkan sempat anjlok 1,5% dalam sepekan terakhir. Pelemahan total di bulan Februari bahkan mencapai 4,8%, jauh berbeda dengan kondisi di bulan Januari yang melonjak 5,7%.
Penurunan harga emas kali ini menunjukkan bahwa logam mulia tersebut sedang mengalami fase “dead cat bounce”, di mana terjadi kenaikan sementara harga aset di tengah kondisi bearish atau tren pelemahan yang berkepanjangan. Analis independen Ross Norman menekankan bahwa pola ini dapat membuat investor terjebak dan kehilangan uang.
Penurunan harga emas pagi ini dipicu oleh naiknya data penjualan ritel dan indeks harga produsen di AS yang naik di atas ekspektasi. Data ini menunjukkan inflasi AS masih tinggi, diperkuat dengan pengumuman inflasi pada Januari yang menyentuh 6,4% (year on year/yoy), lebih tinggi dari perkiraan pasar.
Kebijakan hawkish Federal Reserve (Fed) yang terus berlanjut dapat menaikkan suku bunga dan membuat dolar AS menguat, yang akan membuat harga emas semakin tidak terjangkau. Selain itu, karena emas tidak menawarkan imbal hasil, utang pemerintah AS bisa lebih menarik bagi investor.
Kondisi ini kurang menguntungkan bagi pergerakan emas saat ini. Namun, pelaku pasar perlu terus memantau perkembangan pasar dan melakukan analisis yang tepat sebelum mengambil keputusan investasi.
PENELITIAN CNBC INDONESIA
(pap/pap)