Teti PurwantiCNBC Indonesia
Pasar
Selasa, 27/09/2022 09:40 WIB
Foto: Ilustrasi Perhiasan Emas (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas Logam Mulia produksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) terus menurun sejalan dengan penurunan harga emas di pasar spot internasional. Pemegang emas Antam juga harus berpikir dua kali jika ingin menjual logam mulia tersebut jika tidak ingin rugi besar.
Kemarin, Senin (26/9/2022), harga emas Antam dijual Rp 932.000 per gram. Sementara itu, harga membeli kembali (harga yang dipakai saat jual emas lagi) stagnan di Rp 796.000/gram.
Merujuk data Logammulia.com, harga emas tahun lalu atau 26 September 2021 tercatat Rp 918.000 per gram. Artinya, jika setahun lalu kita membeli emas dan menjualnya kembali ke PT Antam hari ini, bukannya untung, kita malah rugi Rp 122.000.
Harga buyback emas Antam terus merosot sejak Juni 2022 atau sejak bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) menerapkan kebijakan agresif. Pada 15 Juni 2022, harga buyback emas Antam anjlok menjadi Rp 858.0000 per gram dari Rp 860.000 per gram sehari sebelumnya.
Padahal, harga buyback emas pada April 2022 masih di Rp 915.000 per gram. Sebagai catatan, The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps pada Juni 2022. Sejak Juni hingga September 2022, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 225 bps.
Harga emas di pasar spot juga turun sejak Juni dari US$ 1.833,39 per troy ounce pada 15 Juni 2022 menjadi US$ 1.644,77 per troy ounce pada hari ini, Senin (26/9/2022).
Harga emas di pasar global sebenarnya sudah mulai naik dengan menguat 0,10% hari ini. Namun, dalam sepekan harga emas masih turun 1,9% dalam sepekan, turun 5,3% sebulan dan turun 6% setahun.
Riset komoditas dari Geojit Financial Services Hareesh V menyebutkan harga emas sedikit menguat hari ini karena meningkatnya permintaan dari India menjelang perayaan Dilwali.
Namun, di luar sisi positif dari India, Hareesh tidak melihat pengaruh lain untuk mendorong emas.
“Harga emas kemungkinan akan melemah moderat akibat kenaikan suku bunga acuan di AS. Investor kini lebih memilih berinvestasi dalam dolar AS dibandingkan emas,” ujarnya seperti dikutip dari Reuters.
Kilau emas dunia telah meredup saat ini. Padahal di awal tahun, emas dunia menjadi aset yang paling banyak dicari karena harganya yang melambung tinggi. Apa yang telah terjadi?
Emas memulai tahun 2022 dengan gemilang, harganya melonjak 14% hanya dalam tiga bulan dan memuncak pada US$ 2.052,41 per troy ounce pada 8 Maret 2022.
Namun setelah mencapai puncak tertinggi, harga emas terus turun tanpa bisa menyentuh puncak itu lagi.
Saat mencapai harga tertingginya, emas didukung oleh eskalasi geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang membuat investor khawatir dengan ketidakstabilan ekonomi dunia.
Akibat serangan bersenjata ke Ukraina, Rusia ‘ditendang’ dari sistem keuangan dunia. Ini menghambat perdagangan komoditas yang menjadi andalan Rusia. Termasuk minyak mentah, gas dan batu bara yang merupakan sumber energi. Hal yang sama berlaku untuk makanan seperti gandum.
Akibatnya, inflasi negara-negara dunia mulai merangkak naik akibat hilangnya pasokan energi Rusia. Pasalnya, Rusia merupakan pemasok utama komoditas energi dan pangan dunia.
Saat inflasi mulai meningkat, emas dilirik investor sebagai safe haven. Sehingga permintaan emas dunia juga meningkat, harga juga mengikuti.
Melihat inflasi dunia yang terus merangkak naik, bank sentral di berbagai belahan dunia tak tinggal diam. Untuk melawan inflasi, bank sentral memperketat kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga secara agresif.
(RCI/dhf)