Aulia Mutiara Hatia PutriCNBC Indonesia
Uang saya
Sabtu, 11/12/2022 16:20 WIB
Foto: Dirham Gold Coin (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas Logam Mulia produksi PT Antam Tbk tidak mampu melanjutkan penguatan pada perdagangan hari ini. Namun pelemahan tersebut tidak terlalu signifikan karena tren kenaikan harga emas dunia.
Menurut data dari situs resmi PT Antam, metalmulia.com, harga emas batangan pada Sabtu (11/12/2022) seberat 1 gram dijual Rp 972.000. Harga turun menjadi hanya Rp 2.000. Meski turun, harga masih tinggi sejak 6 Oktober 2022 atau sebulan terakhir saat emas Antam saat itu menyentuh Rp 957.000.
Jika melihat data perdagangan sepekan terakhir, harga emas Antam tercatat berada di posisi terendah sepekan ini, yakni pada 8 November 2022 di Rp 950.000. Namun setelah itu, harga emas Antam kembali bergerak naik. Dengan demikian, dalam sepekan harga emas Antam naik 3,73%.
PT Antam menjual emas mulai dari ukuran 0,5 gram hingga 1.000 gram. Harga jual tersebut belum termasuk pajak 0,9% untuk pembelian tanpa menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan 0,45% dengan NPWP.
Sementara itu, pergerakan harga membeli kembali (harga yang digunakan saat menjual kembali emas) stagnan di Rp 874.000/gram.
“Harga jual kembali sama untuk semua pecahan dan tahun produksi,” jelas keterangan di situs Antam.
Harga emas dunia yang dibanderol dalam mata uang dolar Amerika Serikat (AS) menjadi pendorong utama harga emas batangan di dalam negeri. Naik turunnya cenderung mengikuti emas dunia, meski dengan persentase yang berbeda.
Selain nilai tukar rupiah, permintaan persediaan di dalam negeri juga mempengaruhi harga emas Antam.
Harga emas Antam yang menguat sejalan dengan kenaikan harga emas dunia di pasar spot yang melonjak 2,7% menjadi US$ 1.751,6 per troy ounce pada perdagangan Jumat (11/11/2022).pendorongnya adalah inflasi tahunan AS di bulan Oktober turun menjadi 7,7%tahun ke tahun/ yo.
“Ketika kita mulai melihat data inflasi yang menunjukkan bahwa inflasi turun, ada ekspektasi bahwa Fed akan mulai memperlambat laju kenaikan suku bunga tersebut,” kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.
Tingkat inflasi yang mengacu pada Indeks Harga Konsumen Amerika Serikat hanya naik 0,4% di bulan Oktober dibandingkan bulan sebelumnya (bulan ke bulan/mtm). Sementara itu, inflasi tahunan tercatat sebesar 7,7% tahun ke tahun/yoy. Sementara itu, inflasi inti tumbuh sebesar 0,3% mtm dan 6,3% yoy.
Ini merupakan kenaikan tahunan terendah sejak Januari. Ekonom mengharapkan peningkatan 0,6% mtm dan 7,9% yoy.
Inflasi yang lebih rendah meningkatkan ekspektasi pasar bahwa agresivitas Fed dalam menaikkan suku bunga akan menurun. Emas sangat sensitif terhadap suku bunga AS, karena hal ini meningkatkan biaya peluang memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.
Wajar saja, kenaikan suku bunga The Fed, dan bank sentral lainnya di berbagai negara menjadi “musuh” utama emas.
TIM PENELITIAN CNBC INDONESIA
(mengaum)