Komentar Pasar
Chandra DwiCNBC Indonesia
Pasar
Selasa, 21/03/2023 09:28 WIB
Foto: S1AEUITDZFAAREUTERS/File Foto
Jakarta, CNBC Indonesia – Saham emiten tambang emas berbalik menuju zona merah pada perdagangan sesi I Selasa (21/3/2023), setelah heboh sehari sebelumnya dan terkoreksi hari ini akibat merosotnya harga emas dunia.
Hingga pukul 09:10 WIB, setidaknya enam saham tambang emas kompak terkoreksi pagi ini, dimana empat saham emas terkoreksi lebih dari 1%.
Berikut pergerakan saham emiten pertambangan emas pada perdagangan sesi I hari ini.
Membagikan | Kode saham | Harga terakhir | Mengubah |
Wilton Makmur Indonesia | SQMI | 68 | -2,86% |
J Resources Asia Pasifik | PSAB | 103 | -2,83% |
Archi Indonesia | ARCI | 370 | -2,63% |
Sumber Daya Mineral Bumi | BRMS | 159 | -1,24% |
Emas Tembaga Merdeka | MDKA | 3.880 | -0,26% |
Berbagai Tambang | ANTM | 1895 | -0,26% |
Sumber: RTI
Saham PT Wilton Makmur Indonesia Tbk (SQMI) memimpin koreksi saham pertambangan emas pagi ini yakni turun 2,86% ke harga Rp 101/saham.
Berikutnya ada saham PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) yang turun 2,83% menjadi Rp68/saham.
Sedangkan saham pertambangan emas dengan kapitalisasi pasar besar seperti PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) sama-sama turun 0,26%.
Setelah melesat dalam beberapa hari terakhir, harga emas acuan dunia mulai menurun. Pada penutupan perdagangan Senin lalu, emas ditutup melemah 0,46% di level US$ 1.978,71 per troy ounce.
Harga emas juga masih melemah pagi ini. Pada pukul 05:59 WIB, harga emas berada di US$ 1.978,49 per troy ounce, turun tipis 0,01%.
Pelemahan emas ini terjadi setelah logam mulia tersebut melambung tinggi pada akhir pekan lalu hingga Senin sore kemarin, sehingga investor cenderung melakukan take profit.
Harga emas melesat 1% pada perdagangan Senin sore waktu Indonesia, sekitar pukul 14:26 WIB, menembus level S$2.007,69 per troy ounce.
Ini pertama kalinya emas menembus level US$2.000 sejak 8 Maret 2022 atau beberapa hari setelah meletusnya perang Rusia-Ukraina pada akhir Februari 2022.
Analis bank Saxo, Ole Hansen menjelaskan, emas melandai karena sejumlah faktor. Diantaranya adalah aksi ambil untung dan harga yang naik tajam.
Sebagai catatan, harga emas melonjak 3,4% seminggu. Krisis perbankan di Amerika Serikat (AS) dan Eropa membuat emas bergerak liar. Pasalnya, banyak investor yang panik dan memburu emas sebagai aset yang aman.
“Emas gagal mengakhiri perdagangan di atas SU$2.000 per troy ounce karena aksi ambil untung,” kata Hansen dikutip Reuters.
Namun, menurut analis OANDA, Edward Moya, emas masih berpotensi naik karena krisis perbankan belum juga berakhir, meski sejumlah langkah mitigasi telah dilakukan.
“Tindakan darurat telah diambil tetapi belum berakhir. Aset tempat yang aman sekarang menjadi kunci untuk berdagang,” kata Moya, dikutip dari Reuters.
Perdagangan emas hari ini mungkin masih asik karena investor menunggu keputusan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).
Seperti diketahui, The Fed akan menggelar pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada Selasa dan Rabu pekan ini waktu AS (21-22/3/2023).
Berdasarkan alat FedWatch yang dimiliki oleh CME Group, pelaku pasar melihat kemungkinan sebesar 76% bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp) pada pertengahan minggu ini.
Jika Fed menaikkan suku bunga seperti yang diharapkan maka emas bisa terbang lagi. Namun, jika Fed lebih agresif dari perkiraan maka harga emas bisa ambruk.
Kebijakan moneter yang ketat akan meningkatkan dolar AS dan imbal hasil (menghasilkan) utang pemerintah AS. Kondisi ini tentunya bukan hal yang baik untuk pergerakan emas. Dolar AS yang lebih kuat akan membuat harga emas semakin tidak terjangkau karena mahal.
Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga akan kalah saing dengan utang pemerintah AS.
PENELITIAN CNBC INDONESIA
Penafian: Artikel ini merupakan produk jurnalistik berupa pandangan dari CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan untuk membujuk pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada pembaca, jadi kami tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)