Putu Agus PransuamitraCNBC Indonesia
Pasar
Sabtu, 03/04/2023 14:15 WIB
Foto: Emas Batangan dan Koin di brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas dunia melonjak pada pekan ini setelah sebelumnya turun empat pekan berturut-turut. Perekonomian Amerika Serikat (AS) diprediksi mengalami resesi yang cukup membuat permintaan emas sebagai safe haven meningkat.
Melansir dari Refinitiv, emas pekan ini melesat hampir 2,5% menjadi US$1.854/troy ounce. Kenaikan tersebut merupakan yang terbesar sejak pertengahan Januari.
Inflasi di Amerika Serikat yang masih tinggi diprediksi akan membuat bank sentral AS (The Fed) semakin agresif menaikkan suku bunga. Ini bisa membawa ekonomi AS ke dalam resesi.
Terbukti, meski suku bunga diperkirakan akan terus naik tinggi, kinerja dolar AS tidak terlalu bagus. Minggu ini, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS turun 0,66%.
Pasar saham dan obligasi juga diprediksi merana selama bertahun-tahun oleh ekonom Nouriel Roubini, juga dikenal sebagai “Dr Doom” alias “Doomsday Doctor”.
Roubini menerima gelar tersebut setelah memprediksi krisis keuangan global 2008 dan benar-benar terjadi.
Kini ia memprediksi inflasi di Amerika Serikat akan tetap berada di kisaran 6%, sangat jauh dari target bank sentral AS (The Fed) sebesar 2%.
“Jika waktunya tepat, inflasi rata-rata tidak akan menjadi 2%, tetapi 6%. Kemerosotan yang kita lihat tahun lalu di saham dan obligasi akan semakin parah dalam beberapa tahun ke depan,” kata Roubini dalam wawancara dengan CNN, Kamis. (23/2/2023).
Kini ia memprediksi inflasi di Amerika Serikat akan tetap berada di kisaran 6%, sangat jauh dari target bank sentral AS (The Fed) sebesar 2%.
“Jika waktunya tepat, inflasi rata-rata tidak akan menjadi 2%, tetapi 6%. Kemerosotan yang kita lihat tahun lalu di saham dan obligasi akan semakin parah dalam beberapa tahun ke depan,” kata Roubini dalam wawancara dengan CNN, Kamis. (23/2/2023).
Roubini mengatakan investor sekarang harus keluar dari saham dan obligasi, dan berinvestasi pada aset yang terlindungi dari inflasi seperti emas.
Penafian: Artikel ini merupakan produk jurnalistik berupa pandangan dari CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan untuk membujuk pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada pembaca, jadi kami tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(pap/pap)