maeCNBC Indonesia
Pasar
Senin, 20/03/2023 06:45 WIB
Jakarta, CNBC Indonesia – Setelah berpesta keras pekan lalu, emas akan menjalani periode yang sangat menentukan pekan ini.
Keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) dalam pertemuan pekan ini akan menentukan apakah jalan menuju emas akan lebar atau curam ke depan.
Seperti diketahui, The Fed akan menggelar pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada Selasa dan Rabu pekan ini waktu AS (21-22/3/2023).
Dalam satu tahun terakhir, harga emas hampir selalu turun saat The Fed menggelar rapat dan menaikkan suku bunga acuannya.
Pasalnya, kenaikan suku bunga akan membuat dolar AS diburu dan menguat tajam. Hal ini tentu berdampak buruk bagi emas karena emas semakin tidak terjangkau untuk investasi.
Pertemuan The Fed pekan ini sangat dinantikan mengingat pertemuan tersebut digelar di tengah krisis perbankan AS.
Berdasarkan alat FedWatch yang dimiliki oleh CME Group, pelaku pasar melihat kemungkinan sebesar 62% bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps pada pertengahan minggu ini.
Sementara itu, sisa probabilitas 38% melihat The Fed tidak menaikkan suku bunga.
Jika The Fed memang hanya menaikkan suku bunga sebesar 25 bps sesuai keinginan pasar, maka harga emas bisa terbang lagi. Sebaliknya, emas bisa terancam jatuh jika The Fed tetap agresif dengan menaikkan suku bunga sebesar 50 bps.
Pada perdagangan hari ini, harga emas turun. Mengacu pada perbaikan, harga emas global pada perdagangan Senin (20/3/2023) pukul 05:50 WIB berada di posisi US$ 1.976,58 per troy ounce.
Harga turun 0,57% dibandingkan penutupan perdagangan Jumat lalu.
Performa emas pagi ini berbanding terbalik dengan minggu lalu.
Harga emas mencatat sejumlah rekor mengesankan minggu lalu. Pada penutupan perdagangan Jumat (17/3/2023), emas ditutup di level US$ 1.987,93 per troy ounce. Harga logam mulia itu terbang 3,59%. Harga tersebut merupakan yang tertinggi sejak 10 Maret 2022 atau setahun terakhir.
Kenaikan 3,59% per hari Jumat lalu juga menjadi rekor tersendiri. Kenaikan sebesar 3,59% tersebut merupakan yang tertinggi sejak 24 Maret 2020 atau tiga tahun terakhir dimana pada tanggal tersebut emas terbang 3,67% sehari.
Dalam sepekan, harga emas melonjak 6,43%. Perolehan sebesar 6,43% juga merupakan rekor terbaik sejak Maret 2020 atau tiga tahun terakhir. Pada pekan terakhir Maret 2020 (23-27 Maret 2020), harga emas terbang 8%.
Pekan lalu, harga emas terbang setelah AS dan Eropa diguncang krisis perbankan. AS mengguncang setelah Silicon Valley Bank (SVB), Silvergate Bank, dan Signature Bank kolaps saat Eropa diguncang krisis Credit Suisse.
“Emas bersinar terang dalam situasi kacau ini karena investor memilih untuk berhati-hati,” kata analis FXTM, Lukman Otunuga, dikutip dari Reuters.
Berkat emas berlanjut karena data inflasi AS dan indeks harga produsen (IPP) juga diratakan. Inflasi AS turun menjadi 6% (year on year/yoy) pada Februari 2023.
Sementara itu, IPP merosot hingga 4,6% (yoy) pada Februari 2023 atau terendah sejak Maret 2021. Indeks jauh lebih kecil dibandingkan Januari 2023 (5,7%) atau ekspektasi pasar sebesar 5,4%.
Data inflasi dan krisislah yang masih bisa mendukung harga emas. Dengan inflasi yang lesu dan krisis yang semakin besar, pasar juga optimistis The Fed tidak akan ‘garang’.
Apa yang terjadi di AS saat ini bahkan membuat kepercayaan konsumen turun tajam. Data University of Michigan menunjukkan indeks kepercayaan konsumen Maret turun menjadi 63,4, dari 67 pada Februari 2023.
“Harga emas melambung karena kekhawatiran pasar terhadap krisis perbankan dan ekspektasi bahwa Fed akan melunak,” kata analis independen Tai Wong, dikutip dari Reuters.
PENELITIAN CNBC INDONESIA
(mae/mae)