KOMPAS.com – Sebuah video yang memperlihatkan sebidang tanah di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur viral di media sosial.
Video tersebut diunggah oleh akun Instagram tersebut pada Senin (13/3/20230).
Dalam video tersebut terlihat tanah yang diinjak salah satu warga. Beberapa rerumputan dan tanaman di tanah juga bergoyang saat tanah diinjak.
Tapi penduduk yang menginjak tanah yang berguncang tidak jatuh dan tanah di sekitar mereka juga tidak bergerak.
“Fenomena aneh kali ini bukan mobil tapi tanah berguncang di Desa Bades Pasirian Lumajang,” tulis pengunggah di keterangan video.
Selasa (14/3/2023) ini, video ayunan di Lumajang sudah ditonton sebanyak 26.800 kali.
Baca Juga: BNPB Hibah Rp 7,6 Miliar Bangun 152 Hunian Permanen Korban Tanah Bergerak di Sukabumi
Fakta tentang tanah longsor di Lumajang
Dalam laporan dari Kompas.com, lokasi daerah senandung yang viral videonya berada di daerah Gondoruso, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Hal itu dibenarkan Wawan Sugiarto, pria dalam video yang menginjak tanah berguncang tersebut.
“Saya tegaskan di Desa Bandes tidak ada apa-apanya,” kata Wawan yang berprofesi sebagai jurnalis di salah satu stasiun televisi nasional.
Wawan mengatakan, keberadaan tanah goyang diketahui saat kendaraan tambang melintas. Dia dengan santai menginjaknya karena tanah bergetar dan kemudian dia merekam fenomena ini.
Namun Wawan tidak mengetahui kapan tanah berguncang dan menurutnya fenomena tersebut terjadi akibat proses sedimentasi dari genangan tanah.
“Dekat dengan sungai, jadi banyak pasir dan batu. Itu baru sedimentasi. Endapan lumpurnya ada,” ujarnya.
BRN menjelaskan
Peneliti ahli utama KK Petrologi dan Mineralogi Pusat Penelitian Sumber Daya Geologi Lembaga Penelitian Kelautan dan Kebumian BRIN, Haryadi Permana menjelaskan mengapa tanah bisa berguncang seperti yang terjadi di Lumajang.
Ia menjelaskan, humming earth berasal dari lahan rawa seperti di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat.
“Kemudian (tanah) ditutupi pohon dan alang-alang. Tanah kemudian mengeras. Itu pun masih belum bisa dipadatkan,” kata Haryadi kepada Kompas.com, Selasa (14/3/2023).
Haryadi juga menjelaskan bahwa dasar atau tanah dapat kembali ke sifat aslinya yang gembur dengan permukaan yang kering.
Ini terjadi ketika iklim basah terus berlanjut dan bentang alam bergoyang seperti yang viral di Instagram baru-baru ini.
Baca Juga: Perburuan Korban Lahan Bergerak di Sukabumi Ditargetkan Selesai Lebaran
Guncangan bumi tidak mencair
Disinggung tentang kesamaan antara guncangan tanah di Lumajang dengan likuifaksi pascagempa di Palu dan Donggala, Haryadi mengatakan keduanya tidak sama.
Sementara itu, likuifaksi atau disebut juga moving soil sempat menghebohkan publik setelah gempa 2018 lalu mengguncang kedua wilayah tersebut.
Dia menjelaskan, likuifaksi disebabkan oleh air tanah yang terkompresi akibat gempa.
Hal ini menyebabkan lepasnya tanah berpasir saat terjadi gempa bumi dan fenomena ini terjadi di Maumere, Padamg, Lombok, termasuk Aceh.
“(Itu terjadi) di semua wilayah pantai berpasir. Pemicunya pasti gempa. (Tanah bergetar di Lumajang) kemungkinan karena jenuh air di dalam tubuh bumi yang dalam,” tambah Haryadi.
Baca juga: Lahan dialihkan ke Cianjur, Warga diminta mengungsi
Risiko gempa
Haryadi juga mengatakan, ditemukannya humming land di Lumajang menjadi pengingat bagi masyarakat agar tidak melupakan pemahaman tentang asal muasal daerah dalam pembangunan daerah.
Pasalnya, tanah yang berguncang berisiko menimbulkan kerugian material dalam jangka panjang.
“Jangka pendeknya saluran menyediakan air di bawah permukaan,” jelas Haryadi.
Baca juga: Alih Lahan di Sumedang, Puluhan Rumah Retak
Dapatkan pembaruan berita terpilih Dan berita terkini harian dari Kompas.com. Yuk gabung di grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link nya lalu gabung. Anda perlu menginstal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel Anda.