PENAJAM, KOMPAS — Banjir melanda Desa Sepaku, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Jumat (17/3/2023). Jalan, persawahan, dan pemukiman warga di kawasan dekat proyek Ibukota Nusantara tergenang air sejak dini hari. Warga menyebut kejadian ini merupakan yang terparah setelah banjir serupa pada 2019 lalu.
Banjir melanda sedikitnya tiga RT di Desa Sepaku. Pada Jumat sekitar pukul 16.00 WITA, jalan utama di kelurahan itu terlihat tergenang air berwarna kecoklatan dengan ketinggian sekitar 40 sentimeter.
Warga yang melintasi jalan raya harus menumpang mobil, menyeberang dengan berpegangan pada tali, atau terpaksa menerobos genangan air. Selain itu, sekitar 1,5 hektare sawah yang baru memasuki masa panen juga terendam.
Seorang warga, Jamal (37), mengatakan, sekitar 5.000 meter persegi sawah milik keluarganya juga ikut terendam. Padahal, padi di sawah sudah menguning dan siap dipanen dalam waktu dekat. Ia mengatakan, banjir di kawasan itu sudah beberapa kali terjadi. Namun, air biasanya surut dalam waktu dua hingga tiga jam.
Baca juga: Gugatan dari Bawah Menyoal Sejarah Samarinda
Jamal mengatakan banjir kali ini lebih parah dari beberapa kejadian sebelumnya karena air terus naik mulai sekitar pukul 07.00 WITA. “Banjir parah pernah terjadi di tahun 2019. Ini juga parah karena sejak tadi pagi air semakin tinggi,” ujarnya.
Padahal, sejak Jumat pagi, di Desa Sepaku tidak turun hujan. Warga memperkirakan banjir terjadi akibat hujan deras di hulu Sungai Sepaku yang melintasi kampung mereka.
Di sisi lain, proyek Intake Sepaku juga sedang dibangun di kawasan itu, yang merupakan salah satu pemasok air utama Ibu Kota Nusantara (IKN). Lokasi proyek berdekatan dengan sawah warga.
Baca juga: Haus Keliling Mahakam
Jamal belum bisa memastikan apakah proyek itu akan memperparah banjir di desanya atau tidak. Selain proyek Intake Sepaku, pemerintah sebenarnya memiliki rencana normalisasi Kali Sepaku untuk pengendalian banjir. Namun, proyek tersebut urung dilanjutkan karena tidak ada kesepakatan dengan warga pemilik lahan.
Pandi (50), warga lainnya, mengatakan, ada beberapa tuntutan dari warga terkait pembebasan lahan untuk proyek pengendalian banjir. Salah satunya, warga menolak dipindahkan dari tempat tinggalnya saat ini. Selain itu, warga juga ingin memastikan situs dan makam leluhurnya tidak rusak akibat proyek tersebut.
“Saat ini proyek tidak berjalan. Warga dan pemerintah masih akan bertemu untuk berunding,” ujarnya.
Kapolsek Sepaku, Ajun Komisaris Kasiyono mengatakan, pihaknya mengerahkan puluhan personel serta mobil dan perahu karet untuk membantu warga melintasi jalan yang tergenang air. Polisi juga bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Penajam Paser Utara untuk bersiap mengevakuasi warga jika diperlukan.
“Kalkulasi kasarnya, luas genangan sekitar 10 hektare. Sebagian besar yang tergenang adalah jalan, sawah dan tiga rumah warga yang airnya masuk ke rumah mereka,” kata Kasiyono.
Kompas berusaha menghubungi Kepala Otoritas Administrasi Negara Institut Nasional Nusantara, Bambang Susantono, untuk meminta tanggapan terkait kejadian banjir di dekat proyek IKN. Namun hingga pukul 19.00 WITA, telepon Kompas belum dijawab.
Sekitar 1,5 hektare sawah yang baru memasuki masa panen juga ikut terendam.