Di tengah ketegangan regional dengan China, Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) berencana untuk mengadakan latihan militer gabungan perdana di Laut Natuna Selatan. Sepuluh panglima militer ASEAN telah sepakat untuk melaksanakan latihan rutin dan patroli terkoordinasi di perairan Laut China Selatan. Latihan ini akan melibatkan Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan pasukan khusus dari 18-25 September. Meskipun demikian, Kamboja skeptis terhadap rencana tersebut.
Alasan mengapa lokasi latihan dipindahkan adalah karena beberapa negara anggota ASEAN sedang bersengketa dengan China terkait klaim teritorial di Laut China Selatan yang kaya sumber daya. Latihan tersebut akan diadakan di dan sekitar Pulau Batam yang terletak di perairan Selat Malaka, jalur perdagangan dunia yang strategis.
Pada tanggal 19 Juni, TNI telah bertemu dengan delegasi militer ASEAN di Jakarta untuk membahas persiapan latihan tersebut, termasuk skenario, peralatan yang akan digunakan, dan lokasi latihan. Latihan militer ASEAN yang diberi nama Solidaritas akan diadakan saat China mengklaim wilayah Laut China Selatan yang juga merupakan klaim dari sejumlah negara ASEAN seperti Indonesia, Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Filipina. Indonesia sebagai ketua ASEAN tahun ini.
China menyatakan sebagian besar Laut China Selatan, atau sekitar 90% dari wilayah seluas 3 juta kilometer persegi, terletak di dalam “sembilan garis putus-putus” yang mereka anggap sebagai batasan laut mereka. Namun, ASEAN menanggapi klaim tersebut dengan berjanji untuk melindungi dan mempertahankan tatanan maritim berdasarkan aturan bersama dengan ASEAN dan KTT Asia Timur.
Beberapa negara ASEAN seperti Kamboja dan Myanmar, yang memiliki hubungan dekat dengan China, tidak berpartisipasi dalam pembahasan perencanaan latihan tersebut. Hal ini menimbulkan keraguan apakah Kamboja akan berpartisipasi dalam latihan tersebut mengingat kedekatan negara tersebut dengan China.
Meskipun latihan tersebut mungkin dianggap sebagai sinyal terhadap China, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono menekankan bahwa latihan tersebut tidak akan menjadi pertunjukan kekuatan militer ASEAN. Latihan ini akan difokuskan pada bantuan bencana, pencarian dan penyelamatan, serta pelayanan masyarakat. Tujuan TNI adalah untuk bekerja sama dengan negara-negara ASEAN dalam menciptakan keamanan regional dan menjaga jalur perdagangan udara dan laut yang akan menjamin kesejahteraan masyarakat.
Latihan militer ini juga dilihat sebagai kesempatan bagi negara-negara ASEAN untuk lebih baik dalam mengurangi bencana alam dan meningkatkan kesiapsiagaan mereka dalam menghadapi bencana. Dengan adanya latihan militer gabungan ini, negara tetangga dapat lebih cepat memberikan bantuan ketika bencana terjadi di satu negara.
Latihan militer ASEAN yang akan digelar pada bulan September ini akan menjadi latihan pertama yang hanya melibatkan negara-negara ASEAN. Namun, penting untuk diingat bahwa ASEAN bukanlah pakta pertahanan. Tujuan utama dari latihan ini adalah untuk menciptakan keamanan regional dan mempromosikan kerjasama antara negara-negara ASEAN agar dapat melindungi perdagangan dan memastikan kebebasan navigasi serta penggunaan laut yang sah.
Dalam menghadapi klaim maritim China di Laut China Selatan, ASEAN bersama dengan negara-negara anggota ikut menolak klaim maritim yang dilakukan oleh China. Mereka menganggap kebebasan laut dan kepatuhan terhadap hukum internasional di Laut China Selatan sebagai kepentingan vital bagi masyarakat internasional dan organisasi internasional seperti ASEAN.
Dalam sejarahnya, negara-negara ASEAN telah berpartisipasi dalam latihan angkatan laut dengan negara lain, termasuk Amerika Serikat dan China. Namun, latihan militer ASEAN yang akan datang ini akan menjadi latihan pertama yang hanya melibatkan negara-negara ASEAN.