BANJABARU – Dua warga Kalimantan Selatan gagal berangkat secara ilegal sebagai pekerja migran Indonesia (PMI) ke Arab Saudi.
Mereka adalah JU (43) warga Kecamatan Cintapuri Darussalam Kabupaten Banjar dan FR (42) warga Kecamatan Labuan Amas Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Sebelum dipulangkan ke daerah masing-masing, kedua perempuan itu ditampung di Balai Pelayanan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3MI) di Banjarbaru, kemarin (10/2).
Plt Kepala BP3MI Kalsel, Terus terang Merentek mengatakan, selain mereka berdua, seorang calon TKI ilegal asal Kecamatan Selat, Kabupaten Kapuas, berinisial FA (43) juga dipulangkan.
“Namun dari Kalteng, Disnaker Kapuas sudah menjemput saat tiba di Pelabuhan Trisakti, Banjarmasin pada Kamis (9/2) siang,” ujarnya.
Ia mengatakan ketiganya merupakan bagian dari rombongan 101 calon TKI ilegal yang dicegat Kementerian Ketenagakerjaan bersama Satgas Pencegahan PMI Nonprosedur Jatim pada 28-29 Januari di Bandara Juanda Surabaya.
“Rencananya mereka berangkat menggunakan pesawat Air Asia menuju Singapura dan Malaysia, kemudian melanjutkan perjalanan ke Arab Saudi,” jelasnya.
Menindaklanjuti hasil penertiban, proses hukum telah dilimpahkan ke Polda Jatim disertai penyerahan sejumlah barang bukti.
“Setelah proses penyidikan oleh Polda Jatim selesai, maka calon PMI akan dikembalikan ke daerah asal masing-masing,” kata Hard.
Dia menyayangkan masih ada orang yang tergoda. “Biasanya mereka diiming-imingi gaji besar, sehingga rela pergi,” ujarnya.
Soal calo perekrutan TKI ilegal, Hard berjanji akan membeberkan siapa saja orang-orang tersebut. “Saya bertekad mengawal ini, agar tidak terjadi kejadian serupa,” janjinya.
Ia mengatakan, Satgas Pencegahan Nonprosedur PMI Kalsel akan segera menggelar rapat koordinasi untuk membahas hal tersebut. “Jadi ada tindakan tegas dari pihak kepolisian,” katanya.
Sementara itu, FR mengaku rela hengkang karena dijanjikan gaji Rp. 5,2 juta per bulan. “Saya juga sudah diberi Rp 8 juta untuk keluarga saya,” ujarnya.
Mengenai identitas calon, dia mengaku tidak terlalu mengenalnya. “Karena aku mengenalnya dari teman juga,” jelasnya.
Ia juga tidak mengetahui akan berangkat melalui jalur nonprosedural. “Untung keberangkatan kami digagalkan,” pungkasnya. (ris/gr/fud)