“Kabupaten Tapin di Provinsi Kalimantan Selatan, memiliki varietas lokal yang disebut cabai hiyung”
TAPIN, TELISIK.ID – Masakan Indonesia terkenal dengan cita rasa pedas dan gurihnya. Tak heran jika orang Indonesia lebih kuat dalam mengonsumsi makanan pedas dibanding orang dari negara lain.
Rasa pedas pada masakan Indonesia dihasilkan dari bumbu cabai rawit yang banyak tumbuh. Namun tahukah Anda bahwa salah satu cabai terpedas di dunia berasal dari Indonesia tepatnya di Kalimantan.
Dilansir dari Kompas.com, Kabupaten Tapin di Provinsi Kalimantan Selatan memiliki varietas lokal yang disebut cabai hiyung. Cabai Hiyung merupakan cabai khas Kalimantan Selatan yang dapat tumbuh dengan baik pada tanah masam dengan PH 3,5.
Cabai khas tapin hiyung ini juga memiliki banyak keistimewaan dibandingkan dengan varietas cabai pada umumnya. Karena pedasnya cabai hiyung, Kabupaten Tapin di Provinsi Kalimantan Selatan semakin dikenal di nusantara bahkan dunia.
Baca juga: Jenis Bunga untuk Valentine dan Artinya
Dikutip dari Liputan6.com, hasil penelitian dari Laboratorium Penguji Puslitbang Pascapanen Kementerian Pertanian RI, kadar capsaicin pada Cabai Hiyung mencapai 2333,05 ppm dan angka ini memiliki tingkat kepedasan setara 17 kali lipat. dari cabai biasa.
Penanaman cabai hiyung juga lebih unik dari budidaya cabai rawit pada umumnya. Keunikannya terletak pada mulsa yang digunakan, mulsa merupakan bahan penutup tanaman budidaya untuk menjaga kelembaban tanah.
Baca juga: 3 Penyebab Pengangguran Sulit Mendapatkan Pekerjaan
Sedangkan mulsa yang digunakan berasal dari rumput rawa di sekitar areal penanaman. Fungsinya untuk menekan pertumbuhan gulma, mengurangi penguapan tanah, dan melindungi tanaman dari terik matahari.
Cabai Hiyung juga telah terdaftar sebagai varietas tanaman lokal khas Tapin Kalimantan Selatan dari Kementerian Pertanian dengan nomor 09/PLV/2012 pada tanggal 12 April 2012.
Sekedar informasi, cabai rawit merupakan tanaman yang tumbuh subur di sekitar garis khatulistiwa pada ketinggian antara 0-500 mdpl. Namun tanaman ini tetap dapat tumbuh pada ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut meskipun pembentukan buahnya tidak maksimal. (C)
Pengarang: Adinda Septia Putri
Editor: Haerani Hambali
* BACA BERITA TERBARU SELENGKAPNYA DI BERITA GOOGLE