Robertus AndriantoCNBC Indonesia
Pasar
Senin, 26/09/2022 15:55 WIB
Foto: Zlaťáky.cz/Pexels
Jakarta, CNBC Indonesia – Kilau emas dunia telah meredup saat ini. Padahal di awal tahun, emas dunia menjadi aset yang paling banyak dicari karena harganya yang melambung tinggi. Apa yang telah terjadi?
Emas memulai tahun 2022 dengan gemilang, harganya melonjak 14% hanya dalam tiga bulan dan memuncak pada US$ 2.052,41 per troy ounce pada 8 Maret 2022.
Namun setelah mencapai puncak tertinggi, harga emas terus turun tanpa bisa menyentuh puncak itu lagi.
Saat ini (26/9/2022) pukul 13.25 WIB harga emas dunia tercatat US$ 1.639,09 per troy os, anjlok 20,14% pada poin ke poin (ptp) dari puncak tertingginya.
Saat mencapai harga tertingginya, emas didukung oleh eskalasi geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang membuat investor khawatir dengan ketidakstabilan ekonomi dunia.
Akibat serangan bersenjata ke Ukraina, Rusia ‘ditendang’ dari sistem keuangan dunia. Ini menghambat perdagangan komoditas yang menjadi andalan Rusia. Termasuk minyak mentah, gas dan batu bara yang merupakan sumber energi. Hal yang sama berlaku untuk makanan seperti gandum.
Akibatnya, inflasi negara-negara dunia mulai merangkak naik akibat hilangnya pasokan energi Rusia. Pasalnya, Rusia merupakan pemasok utama komoditas energi dan pangan dunia.
Ketika inflasi mulai meningkat, investor memandang emas sebagai lindung nilai (tempat yang aman). Sehingga permintaan emas dunia juga meningkat, harga juga mengikuti.
Melihat inflasi dunia yang terus merangkak naik, bank sentral di berbagai belahan dunia tak tinggal diam. Untuk melawan inflasi, bank sentral memperketat kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga secara agresif.
Seperti bank sentral Amerika Serikat, The Fed, yang memiliki memutuskan untuk kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bp) menjadi 3-3,25%, dan menegaskan sikap agresifnya dari 0,25% awal tahun ini.
Naiknya suku bunga meningkatkan biaya peluang memegang emas karena tidak menghasilkan pengembalian. Permintaan turun, harga mengikuti.
Sejalan dengan kenaikan suku bunga, dolar AS juga menguat membuat emas yang berharga greenback menjadi lebih mahal. Indeks dolar (yang mengukur greenback dengan enam mata uang lainnya) mencapai level tertinggi dalam 20 tahun terakhir.
Emas vs Dolar AS |
Ke depan, survei mingguan yang dilakukan Kitco menunjukkan bahwa dari 19 analis di Wall Street, 10 orang memprediksi emas akan turun lagi sementara 6 analis memprediksi kenaikan dan sisanya netral.
Sementara Fitch Solutions memperkirakan emas akan terus bergerak sideways hingga akhir tahun ini.
Senada dengan itu, analis dari Saxo Bank, Ole Hansen mengingatkan, harga emas masih sangat rawan melemah karena pasar masih mengharapkan dolar AS dan menghasilkan Utang pemerintah AS terus menguat.
“Emas dan logam mulia lainnya akan terus berada di bawah tekanan hingga pasar melihat dolar AS dan menghasilkan Sudah melewati puncaknya,” kata Hansen.
Meski dalam jangka pendek diperkirakan emas akan turun, namun hal ini bisa menjadi peluang untuk berinvestasi emas. Tentunya dengan jangka panjang.
Misalnya, Anda membeli emas Antam lima tahun lalu dengan harga Rp 637.166 per gram, investor bisa mendapat untung dengan menjualnya pada harga berlaku. membeli kembali Rp 796.000 per gram saat ini.
TIM PENELITIAN CNBC INDONESIA
(balapan/vap)