Diperbarui: 23 April 2023 pukul 8:53 malam
Kompasiana adalah platform blogging. Konten ini adalah tanggung jawab blogger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Sebuah cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash
Sabtu 22.04.2023. bertepatan dengan hari raya idul fitri, sebelum magrib saya pulang menemui teman di jalan dan saya menyapa teman tersebut dan mengabarkan bahwa istri Jajat telah meninggal dunia, Jajat adalah teman baik saya, kawan seperjuangan menyiarkan holawat majlis di kecil saya kampung, tiba-tiba mendengar hal tersebut, pikiran saya langsung melayang ke lokasi meninggalnya istri sahabat saya, ternyata di rumah sakit di jalan Sawojajar, karena saya menumpang istri dan anak saya, saya bawa pulang dulu, baru lanjut dengan sholat magrib, setelah sholat magrib saya kembali mengabari A Soni juga salah satu kerabat dan sahabat Yajat, mendengar hal tersebut A Soni juga kaget, kemudian kami sepakat dengan beberapa jamaah. , hasilnya kami langsung ke RS, kadang naik motor, kadang naik mobil. Sesampainya Jajat di rumah sakit, Jajat menemui saya dan langsung menangis dan memeluk saya, dan saya sedih, karena Jajat masih kecil, dia punya dua anak kecil, satu belum sekolah, yang lain masih SD dan kemudian waktu Jajat bersama istrinya, dan dalam pelukan itu aku hanya bisa bilang sabar ya jat, dan jangan lupa istighfar dan membaca sholawat, cukup lama Jajat memelukku, karena Jajat tinggal di sebelahku dan sungguh Kerabat Jajat berada jauh, sehingga saya sebagai sahabat bisa sangat- sangat membutuhkan momen seperti ini, singkatnya saya dan jamaah ingin menuju lokasi Jajata istrinya yang jauh dan sangat jauh. pada masa lalu wisata Gunung Halimun. Perjalanan dimulai dengan 3 mobil menuju lokasi istri Jajat, 1 ambulans dari rumah sakit yang bersangkutan yang membawa jenazah istri Jajat, 2 ambulans dari kampung Jajat yaitu ke Cikampak yang membawa keluarga Jajat, dan mobil ke 3 adalah nama samaran untuk jemaat. Teman-teman Jajat termasuk saya juga ada di dalam mobil ketiga ini yang berangkat dari rumah sakit pada pukul 21.30, apalagi medan perjalanan yang sangat mengerikan melewati hutan dan tanjakan yang begitu berkelok-kelok membuat hati kami resah di dalam mobil, namun kami semua berkata doa sepihak agar telur juga senang. Dan ini adalah momen luar biasa berwisata malam ke lokasi yang sangat-sangat jauh. Saat mobil berhenti, ternyata kami turun dari mobil dan harus berjalan kaki kurang lebih, perjalanan sangat licin dan jalur sangat licin, namun sambutan yang luar biasa diberikan kepada warga sekitar yang sangat berkenan membantu. membawa jenazah ke rumahnya. Kurang lebih setelah kami turun dari mobil, kami menempuh 1 kilo lagi dan medannya luar biasa, kami mendaki dan mendaki hingga jalan yang masih berupa tanah bercampur batu dan air. Harus ekstra hati-hati saat turun dari mobil menuju rumah istrinya, kita semua berangkat bersama dan selama perjalanan, perjalanannya seram dan menyenangkan walaupun sudah malam dan beberapa jamaah mengeluh karena medannya sangat menantang. dan gelap, melalui sawah dan tangga alami yang terbuat dari tanah. Semua tergerak oleh jemaah ingin bergabung karena jajat orangnya baik dan selalu ramah, maka kami berangkat ke lokasi jajat wanita dengan semangat yang luar biasa walaupun jaraknya sangat jauh. Momen yang luar biasa, yang luar biasa adalah momen ketika teman-teman dan kenangan saya dapat menikmati alam yang sangat sunyi sambil kita berdoa di dalam mobil, jalan sama sekali tidak da lmao wow luar biasa, momen yang tidak akan terlupakan. selama Idul Fitri. Dan akhirnya ternyata rumahnya di gunung, di lokasi itu hanya ada dua rumah, rumah istrinya Jajata dan rumah tetangganya, kami sampai di lokasi jam 11.30 malam, pertama kami menghangatkan badan dengan minum jahe, setelah itu kami berwudhu dan belajar al qur’an, setelah belajar kami pulang, dari rumah istri jajat jam 01.30 malam sampai rumah jam 04.00 menjelang subuh. Sungguh luar biasa bepergian selama Idul Fitri ini.