Direktur Bina Haji Kementerian Agama Arsad Hidayat meminta jemaah haji memiliki solidaritas terhadap sesama. Sebab, berdasarkan data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kemenag, tahun ini ada sekitar 64ribu jemaah lanjut usia (lansia) yang akan berangkat ke Tanah Suci.
Menurut Arsad, solidaritas merupakan salah satu indikator kemabruran. “Saya minta jemaah yang akan berangkat agar melatih solidaritas. Sebab, solidaritas dan kepekaaan sosial merupakan salah satu indikator mabrur,” kata Arsad saat memberikan materi bimbingan manasik di hadapan jemaah haji Kota Tarakan, Kalimantan Utara. Jumat (17/2/2022).
Arsad juga mengajak jemaah haji yang masih muda untuk bersiap menolong sesama jemaah, khususnya lansia yang membutuhkan pertolongan. “Yang masih muda yang akan berangkat slap-slap menolong kiri kanannya jika melihat ada jemaah kelelahan, kalau mereka butuh digendong, digendong karena pahalanya besar,” terangnya.
Mengutip salah satu hadits, Arsad menjelaskan tiga tanda kemabruran haji. Pertama, menebarkan salam (afsyus–salam). Menebarkan salam bisa dimaknai dengan mengucapkan salam jika bertemu dengan siapa saja atau kehadirannya membuat kondisi masyarakat menjadi nyaman dan damai.
“Artinya kehadiran kita membuat suasana menjadi tenang dan damai,” jelasnya
Kedua, memberi makan kepada orang yang membutuhkan (ith‘am at-tha‘am) atau memiliki kepedulian sosial. “ini artinya bukan hanya senang memberi makan, tapi yang lebih luas lagi memiliki kepekaan dan solidaritas sosial serta senang membantu” ujarnya.
“Serta ketiga adalah santun dalam bertutur kata (thayyib al-kalam),” sambungnya.
Selain mengajak jemaah haji untuk menanamkan silat sosial, Arsad juga mengajak seluruh petugas untuk melayani jemaah haji sebagai tugas utamanya. Bahkan ia mempersilakan para petugas untuk bisa melaksanakan salat di Masjidil Haram. Namun, jika dalam perjalanan menemukan jemaah yang menemui masalah, hendaknya memprioritaskan pelayanan ke jemaah tersebut.
“Saya selalu sampaikan kepada petugas haji, tugas utama anda adalah melayani. Kalau ada waktu melaksanakan salat di Masjidil Haram, silakan. Tapi kalau di tengah jalan tiba-tiba ada jemaah tersasar antarkan dahulu jemaah tersebut ke hotelnya setelah itu baru salat,” ucapnya.
“Kalaupun tidak melaksanakan salat, pahala yang diterima oleh para petugas itu jauh lebih mulia dibandingkan memikirkan dirinya sendiri untuk melaksanakan ibadah haji,” tambahnya.
Ia juga meminta kepada Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kanwil Kemenag untuk mengatur komposisi kloter, mengingat jemaah haji tahun ini banyak didominasi jemaah lansia. “Kami nanti minta dari Kemenag komposisi kloternya diatur betul. Jangan nanti seluruh lansia disatukan semuanya, termasuk rombongannya. Jangan juga kelompok lansia berkursi roda disatukan dalam satu rombongan. Ini diatur agar jemaah lansia betul-betul bisa melaksanakan ibadah hajinya,” pinta Arsad.
Ia berharap, jemaah haji tahun ini dapat mempersiapkan diri dari sekarang dengan melatih fisiknya, latihan manasik hingga mempersiapkan keuangan hajinya seandainya nanti diumumkan pelunasan.
“Kami berharap jemaah sudah mulai mempersiapkan diri dari sekarang dengan latihan fisik karena ibadah haji merupakan Ibadah fiisik, melatih manasik dan doa-doanya dihafalkan termasuk juga rangkaian Ibadah hajinya serta mempersiapkan finansial (keuangan) kita untuk seandainya nanti diumumkan pelunasan, kita semuanya sudah siap,” tandasnya.