maeCNBC Indonesia
Pasar
Jumat, 03/10/2023 06:55 WIB
Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas melonjak setelah Amerika Serikat (AS) melaporkan peningkatan jumlah klaim pengangguran.
Pada penutupan perdagangan Kamis (9/3/2023), emas ditutup di level US$ 1.830,89 per troy ounce. Harga logam mulia melonjak 0,95%.
Harga emas juga masih menguat pagi ini. Pada perdagangan hari ini, Jumat (10/3/2023) pukul 06:12 WIB, harga emas berada di level US$ 1.831,81 per troy ounce. Harga menguat 0,05%.
Penguatan emas didukung oleh data klaim pengangguran AS. Jumlah pekerja yang mengajukan klaim pengangguran pada pekan yang berakhir 4 Maret 2023 tercapai 211.000 orang. Jumlah ini meningkat 21.000 dibandingkan minggu sebelumnya.
Bahkan laporan The Challenger, Grey & Christmas Inc menyebutkan jumlah pemutusan hubungan kerja (PHK) di Amerika pada Januari-Februari 2023 melebihi 180.000. Angka ini merupakan yang tertinggi sejak 2009.
Jumlah PHK pada Februari mencapai 77.770 atau lima kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Data buruk ini disambut gembira oleh pelaku pasar emas. Dengan meningkatnya pengangguran, terdapat peluang bagi bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) untuk menginkubasi kebijakan moneter ketatnya.
Seperti diketahui, harga emas turun 1,81% pada perdagangan Selasa (7/3/2023) setelah Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan The Fed tidak ragu menaikkan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama selama inflasi masih terjaga. masih tinggi.
“Emas mengalami pekan yang berat pekan ini akibat pernyataan Powell. Namun, kenaikan klaim pengangguran membuat harga emas naik,” kata analis RJO Futures Bob Haberkorn, dikutip dari Reuters.
Pernyataan Powell langsung melambungkan dolar AS. Indeks dolar menguat ke 105,62, atau level tertinggi sejak November 2022.
Kondisi ini tentu tidak baik bagi emas karena harga logam mulia tersebut menjadi mahal. SAYAIndeks dolar langsung turun ke 105,31 kemarin setelah sempat terbang ke 105,66 pada Rabu (8/3/2023).
“Fakta adanya gap (data ekonomi) jumlah pekerja membuat pelaku pasar emas memprediksi The Fed tidak akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bps pada pertemuan berikutnya,” tambah Haberkorn.
The Fed akan mengadakan pertemuan pada 21-22 Maret. Pasar saat ini mengharapkan Fed untuk menaikkan suku bunga sebesar 50 bps setelah pernyataan tersebut hawkish Powell.
The Fed sendiri telah menaikkan suku bunga acuannya hingga 450 bps pada tahun lalu dimana kenaikan terakhir sebesar 25 bps pada awal Februari 2023.
“Jika proyeksi pasar meleset, maka emas bisa terus berada di bawah tekanan hingga sekitar US$ 1.788 per troy ounce,” kata Erik Bregar, Direktur FX & Precious Metals Risk Management di Silver Gold Bull Inc., kepada Reuters.
PENELITIAN CNBC INDONESIA
(mae/mae)