Jakarta –
Mabit di Muzdalifah dilakukan oleh jemaah haji pada tanggal 10 Zulhijjah. Secara sederhana, mabit artinya bermalam atau beristirahat.
Pada wajib haji, makna mabit mengacu pada berhenti sejenak di waktu malam hari untuk mempersiapkan segala sesuatu dalam pelaksanaan melontar jumrah. Menurut buku Doa-doa Khusus Ibadah Haji karya Amirulloh Syarbini, selain di Muzdalifah, mabit juga dilakukan di Mina.
Mabit di Muzdalifah, dimulai ketika lewat tengah malam tanggal 10 Zulhijjah hingga terbit fajar. Mabit boleh dilakukan sesaat, asalkan telah lewat tengah malam.
Ketika mabit, hendaknya jemaah haji membaca talbiyah, zikir, dan Al-Qur’an. Selain itu, disunnahkan juga mengambil batu di daerah Muzdalifah untuk melontar jumrah dan bertolak ke Mina.
Mengutip dari buku Tuntunan Lengkap Rukun Islam & Doa oleh Dr Moch Syarif Hidayatullah, mabit di Muzdalifah hukumnya wajib dan termasuk ke dalam wajib haji. Jika jemaah haji tidak melakukannya, maka ia diharuskan membayar denda atau dam berupa seekor kambing.
Apabila tidak mampu untuk membayar denda, maka ia diperbolehkan membayar fidyah atau berpuasa selama 10 hari, yaitu 3 hari di masa haji dan 7 hari di Tanah Air.
Tata Cara Mabit di Muzdalifah
Mengacu pada sumber yang sama, waktu mabit di Muzdalifah dikerjakan setelah melakukan wukuf di Arafah. Cara mabit yaitu hadir di Muzdalifah meskipun sejenak, dengan syarat dilakukan pada pertengahan malam setelah wukuf di Arafah.
Mabit di Muzdalifah tidak wajib diniatkan secara khusus, karena niatnya sudah termasuk ke dalam niat ihram haji. Anjuran mabit di Muzdalifah ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah ayat 199 yang berbunyi:
ثُمَّ أَفِيضُوا۟ مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ ٱلنَّاسُ وَٱسْتَغْفِرُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Arab latin: ṡumma afīḍụ min ḥaiṡu afāḍan-nāsu wastagfirullāh, innallāha gafụrur raḥīm
Artinya: “Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (‘Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,”
Doa Mabit di Muzdalifah
اللَّهُمَّ إِنَّ هَذِهِ مُزْدَلِةُ جُمِعَتْ فِيهَا أَلْسِنَةُ مُخْتَلِفًّة تَسْألَُكَ حَوَائِجَ مُتَنَوِّعَةً فَاجْعَلْنِي مِمَّنْ دَعَاكَ فَاسْتَجَبْتَ لَهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْكَ فَكَفَّيْتَهُ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ
Arab latin: Allahumma inna haazdihi muzdalifatu jumi’ay fiihaa alsinatuan mukhtalifatun tas’aluka hawaaija mutanawwi’atan faj’alnii mimman da’aaka fastajabta lahu wa tawakkal’alaika fakafaitahu yaa arhamarraahimiin
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya di Muzdalifah ini telah berkumpul orang dengan bermacam-macam bahasa yang memohon kepada-Mu keperluan yang juga beraneka ragam, maka masukkanlah aku ke dalam golongan yang memohon kepada-Mu, lalu Engkau penuhi permintaan itu, yang berserah diri kepada-Mu, lalu Engkau lindungi, wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dari segala Pengasih,”
Demikian pembahasan mengenai mabit di Muzdalifah. Semoga bermanfaat.
Simak Video “554 Jemaah Haji Tasikmalaya Batalkan Keberangkatan, Apa Alasannya?“
(aeb/lus)