KANDANGAN – Sepanjang tahun 2022, Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA) di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) menurun dan meningkat dibandingkan tahun 2021.
Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat dan Sistem Informasi Kesehatan (Kesmas dan SIK) Dinas Kesehatan (Dinkes) RSHS Daru Priyanto merinci berdasarkan data tahun 2022 AKI 88,2 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 16,7 per 1000 kelahiran hidup, dan AKABA 18,8 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan pada tahun 2021 AKI sebesar 103 per 100.000 kelahiran hidup, AKB sebesar 10,3 per 1000 kelahiran hidup, dan AKABA sebesar 11,5 per 1000 kelahiran hidup.
“Berdasarkan data, AKI mengalami penurunan. AKABA dan AKB mengalami peningkatan dibanding tahun 2021,” ujarnya.
Penyebab AKI disebabkan oleh penyakit tidak menular. Dua orang dengan hipertensi dan satu orang dengan penyakit hipertiroid.
Kemudian, penyebab AKB karena masih banyak bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah hingga ibu hamil yang mengalami anemia dan ibu hamil kekurangan energi kronis (KEK). Agar persalinan prematur atau prematur dan selama hamil berat badan bayi tidak bertambah karena Ibu Hamil Kurang Gizi (Ibu Hamil) KEK.
Sedangkan AKABA disebabkan oleh satu orang tenggelam dan enam orang lainnya karena demam, sesak napas, kejang, bronkopneumonia, dan sepsis.
Dinas Kesehatan Kabupaten HSS melakukan berbagai langkah untuk menurunkan AKI, AKB dan AKABA, mulai dari membangun dan mengevaluasi jejaring skrining yang sesuai untuk kehamilan, ANC (Antenatal Care) dan stunting, melakukan capacity building bagi tenaga kesehatan (dokter, bidan dan perawat).
Selanjutnya, melengkapi sarana dan prasarana yang ada di fasilitas kesehatan. Baik fasilitas kesehatan dasar maupun rujukan, meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kehamilan, meningkatkan kesadaran dan pendidikan kesehatan bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan anak.
Kemudian perlindungan dan peningkatan kesehatan ibu dan anak melalui program pemerintah seperti imunisasi, pemantauan tumbuh kembang, dan pengendalian penyakit, peningkatan aksesibilitas dan kualitas air minum dan sanitasi yang baik, penyediaan obat-obatan dan alat kesehatan yang memenuhi standar dan tersedia secara berkesinambungan.
Hingga tersedianya akses informasi dan edukasi bagi masyarakat tentang cara menjaga dan meningkatkan kesehatan, pemberian makanan tambahan (PMT) untuk ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan PMT untuk balita gizi kurang dan gizi buruk, serta penyelenggaraan pelatihan pemberian makanan tambahan untuk anak ( PMBA) bagi kader.
Sementara Kepala Puskesmas Jambu Hilir, Roslinda menyampaikan berbagai langkah yang dilakukan jajarannya untuk menurunkan AKI, AKB dan AKABA mulai dari ibu hamil, kelas balita, posyandu balita, kunjungan ANC oleh kader dan bidan, kunjungan PNC, orientasi P4K untuk bidan, kepala desa, kader dan tokoh masyarakat, posyandu remaja, penyuluhan caten.
Selanjutnya, pelatihan kader posyandu remaja, otopsi verbal bila ada kematian ibu dan bayi baru lahir, Sufas (Pengawasan Fasilitasi) kepada BPM, Sufas kepada bidan desa, pemberian PMT pada balita, bimbingan dan konseling perkawinan bekerjasama dengan KUA, pendampingan dan kunjungan ke stunting atau malnutrisi atau malnutrisi.
“Sampai kunjungan lapangan ibu hamil KEK, Resti dan pembinaan BPM,” ujarnya. (shn/ij/bin)