Timlo.net — Lebih 64 ribu jemaah lanjut usia (Lansia) akan berangkat pada penyelenggaraan haji 1444 H/2023 M. Mereka umumnya adalah jemaah yang tertunda keberangkatannya pada 2020 dan 2021. Jumlah ini jauh lebih banyak dibandingkan dengan jemaah lansia pada penyelenggaraan haji tahun-tahun sebelumnya.
Untuk memaksimalkan layanan, Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama menyusun skema mitigasi layanan jemaah haji lansia. Penyusunan ini melibatkan peneliti sekaligus Executive Secretary Centre for Ageing Studies (CAS) Universitas Indonesia (UI) Vita Priantina Dewi.
Vita, panggilan akrabnya, menyampaikan layanan ramah jemaah haji Lansia dapat mengacu pada buku Global Age-friendly Cities: A Guide (Kota Ramah Lansia Dunia: Sebuah Pedoman) yang diterbitkan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) pada 2007.
“Untuk merumuskan layanan ramah jemaah haji Lansia, kami mengacu pada buku yang kami anggap masih sangat relevan untuk digunakan saat ini. Di dalamnya dibahas secara mendalam bagaimana seharusnya kita memperlakukan Lansia dan membangun hubungan yang baik dengan mereka,” ungkap Vita di Jakarta, Rabu (15/3/2023) –seperti dilansir laman kemenag.go.id.
Vita menjelaskan, konsep layanan yang ramah Lansia dapat dianalogikan dengan sebuah kota yang ramah usia. “Kota yang ramah usia ini diartikan sebagai sebuah kota atau kawasan yang mengakomodir semua fasilitas dan layanan untuk dapat diakses dan melibatkan berbagai kebutuhan dan kapasitas lanjut usia,” terangnya.
Editor : Marhaendra Wijanarko