TANJUNG, Kontrasonline.com – Puluhan pasang mata, dari anak-anak hingga orang dewasa, tak lepas pandangan saat anggota Jaranan Mekar Sari menampilkan keseniannya.
Bertempat di Pondok Seni Mekar Sari, Jalan Pandan Arum RT 21, Kecamatan Belimbing Raya, Kecamatan Murung Pudak, kesenian Jawa ini menghibur masyarakat yang datang menyaksikannya, Minggu (15/1).
Penampilan anggota Mekar Sari yang mengenakan pakaian adat dan membawa kuda yang terbuat dari anyaman bambu diiringi musik tradisional memeriahkan suasana saat itu.
Tak hanya tarian kuda lumping, dalam pertunjukannya mereka juga mempertunjukkan kesaktian yang berbau magis, seperti atraksi mengunyah kaca hingga mencambuk diri menggunakan pecut khas Jaranan.
Ketua Jaranan Mekar Sari, Sukamto Saputra mengatakan, hiburan yang ditampilkan kali ini merupakan peringatan hari jadi komunitasnya.
“Ini adalah ulang tahun ke-8 jaranan Mekar Sari. Alhamdulillah bisa terlaksana hari ini,” ujarnya kepada Kontrasonline.com.
Sukamto mengatakan, selain untuk memperingati hari jadi komunitasnya, kegiatan ini juga ditampilkan untuk menghibur masyarakat.
“Tujuan kami menggelar acara ini bukan hanya untuk syukuran, tapi juga untuk menghibur anggota dan masyarakat yang hadir,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan, sejak digelar pagi hingga sore hari, masyarakat sangat antusias menyaksikan pertunjukan seni kuda lumping Mekar Sari.
“Masyarakat sangat antusias menyaksikan pentas seni kami. Alhamdulillah kami bisa menghibur masyarakat,” jelasnya.
Tak hanya masyarakat, beberapa komunitas Jaranan di kawasan Murung Pudak dan Tanjung serta pejabat pemerintah hingga perangkat desa juga turut hadir dalam acara HUT Mekar Sari ke delapan.
“Alhamdulillah ada perwakilan yang datang seperti dari dinas, kepolisian, camat dan kepala desa,” kata Kamto, sapaan akrabnya.
Kamto ingin seni pertunjukan Jaranan di Tabalong tetap eksis dan berkembang ke depannya.
“Saya ingin melestarikan budaya yang ditinggalkan nenek moyang kita, itu saja niat dan tujuan saya,” ujarnya.
Mengenai Mekar Sari, ia juga mengungkapkan bahwa komunitas tersebut merupakan warisan mendiang ayahnya, yang kemudian ia jalankan.
“Mekar Sari dulu ayah saya sebagai pimpinan, karena ayah saya meninggal tahun 1969 makanya terjadi kekosongan selama puluhan tahun,” terangnya.
Seiring berjalannya waktu, anggota Mekar Sari yang masih ada di sana mendatanginya untuk meminta agar komunitas jaranan dihidupkan kembali.
“Anggota yang telah datang ke tempat yang saya minta untuk dihidupkan kembali akhirnya mulai lagi. Sejak 2015, saya dipercaya menjadi ketua Mekar Sari hingga saat ini,” ujarnya.
“Saya sudah delapan tahun bertugas, semoga Mekar Sari terus konsisten bermain dan memperkenalkan kesenian Jaranan atau kuda lumping kepada masyarakat Tabalong,” pungkas Kamto. (bisa)