Oleh: Iberahim
ADA kejadian luar biasa yang terjadi pada Senin, 6 Juni 2022. Saat itulah seorang perempuan yang berasal dari sebuah desa di wilayah Kabupaten Tapin, menderita suatu penyakit.
PENYAKIT secara medis tidak dapat disembuhkan dengan terapi atau pengobatan modern terutama di rumah sakit. Sudah beberapa kali yang bersangkutan berobat, namun tak kunjung sembuh.
Hingga akhirnya wanita ini mengajak orang tuanya untuk berkunjung ke kediaman Andi Syarifuddin di Desa Lawahan, Kecamatan Tapin Selatan, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan.
Sesampainya di teras rumah Andin Syarifuddin. Mereka melakukan pemujaan dengan kedua tangan bertumpu di dahi dan berjalan dengan dua lutut di lantai sebagaimana tata cara pemujaan di kerajaan.
BACA : Kisah ke-4 putra Maharaja Sari Kabirdan; Raja Kerajaan Negeri Daha (1)
Dia menceritakan bahwa suatu malam, dia bermimpi bertemu dengan seorang lelaki tua berjubah putih. Dalam mimpinya, pria berjubah putih itu berkata: “JJika ingin sembuh dari sakit, maka temui (Syarifuddin) di Kampung Lawahan. Karena dia adalah salah satu pewaris/perwakilan Kerajaan Daha (Negara) yang sebenarnya.
Itulah tanda dalam mimpi. Perlu diketahui bahwa Syarifuddin adalah keturunan Andin. Silsilahnya adalah Andin Syarifuddin bin Andin Sulaiman Kurdi bin Tuan Guru Haji Rama Muhammad Ideram bin Rama Ubaidillah (Abai) bin Tuan Penghulu Rama Baru.
BACA JUGA: Pilih Tinggal di Desa Berangas, Kisah Pangeran Bagalung; Leluhur Suku Alalak (2)
Singkat cerita, sore itu menjelang senja mereka berziarah ke kompleks pemakaman 40 Muslim di Desa Lawahan. Kejadian aneh terjadi lagi. Wanita ini tiba-tiba berjalan menuju Makam Rama Ubaidillah (Abai) sambil kedua tangannya berlutut di depan dadanya. Padahal, dia belum pernah ke sana atau memberi informasi lokasi makam Rama Ubaidillah.
Beberapa meter dari makam Rama Ubaidillah dia berkata, “Jangan maju, sekarang saya melihat orang berjubah putih dengan rambut disanggul berdiri di sisi makam. Ia adalah Raja Bagalung yang sedang berziarah.
BACA JUGA: Misteri Pulau Kembang, Antara Penguasa Gaib dan Tenggelamnya Kapal Dagang Inggris
Kemudian pria berjubah putih itu berkata; “Saya sudah lama mencari makam keturunan saya (Rama Ubaidillah) dan baru menemukannya hari ini..” Demikian kata wanita tersebut mengutip pernyataan dari pria berjubah tersebut.
Peristiwa berbau mistis semakin memuncak. Sore hari (Senin malam) sekitar pukul 02.00 WITA dini hari, tiba-tiba semua ayam di belakang rumah Andin Syarifuddin menjadi sangat ribut (Tolong; bahasa Banjar). Seolah-olah ayam-ayam itu takut akan sesuatu.
BACA JUGA: Banjar ‘Urang’ Sebenarnya Suku Dayak, Ini Teori yang Dikemukakan Antropolog ULM
Andin Syarifuddin terbangun dengan samar suara derak dan tapak kuda. Saat itu, istrinya juga terbangun dari tidur lelapnya. Andin Syarifuddin penasaran sekaligus curiga ada apa? Perlahan ia membuka pintu samping rumah yang menghadap ke barat.
Betapa terkejutnya dia dan tiba-tiba seluruh tubuhnya merinding. Ini karena melihat seseorang mengenakan jubah putih, rambut disanggul, dengan pedang di pinggangnya menunggang kuda putih, di samping rumahnya. Kuda itu terlihat menghadap ke Barat dan sosok berjubah itu menghadapkan wajahnya ke arah Andin Syarifuddin.
BACA JUGA: Datu Kayan di Alalak, Ulama Sufi Banten yang Jadi Panglima Dayak
Kemudian, Andin Syarifuddin mempersembahkan pemujaan kepada sosok tersebut. Seketika, kuda putih itu melangkah dan menghilang dari pandangan. Siapa sebenarnya sosok tersebut dan kenapa hanya keturunan Rama Andin saja yang bisa melihat penampakannya. Wallahu ‘Alam.
Kisah ini dikutip dari keterangan tertulis Andin Kamal Pasya. Hal ini tentu ada hubungannya dengan mengapa Pangeran Bagalung bisa diangkat menjadi raja masyarakat Lawahan, sehingga diberi gelar Raja Bagalung.
BACA JUGA: Islam Sapa Bakumpai, Sunang Bonang dan Sunan Giri Pernah Berbisnis di Marabahan
Tentu saja, lengkap dengan kisah-kisah serba mistis di luar nalar. Jadi, jika dibandingkan dengan Andin yang berasal dari Plajau atau daerah Alai lainnya (Kabupaten Hulu Sungai Tengah), tentu ada perbedaannya. Terutama, perbedaan asal leluhur. Dimana, Andin Plajau diklaim berasal dari Pangeran Tumenggung. Keduanya masih belum menemukan catatan otentik yang bisa menguatkan klaim tersebut.
Namun yang menjadi pertanyaan, apakah keturunan Pangeran Bagalung di daerah Lawahan, Margasari dan sekitarnya bisa menggunakan gelar Rama dan Andin. Lantas mengapa keturunan Pangeran Bagalung di wilayah Alalak-Berangas tidak lagi menggunakan gelar Andin? Tentunya hal ini harus digali dengan penelitian yang mendalam agar dapat diketahui alur atau benang merah penggunaan gelar Andin-Rama dalam Banua.
BACA JUGA: Tergerus Bahasa Banjar, Penutur Bahasa Marah Semakin Langka
Menariknya, keberadaan Raja Bagalung juga mendapat tempat di masyarakat Dayak Bakumpai. Pasalnya, keberadaan Teluk Raja Bagalung di perairan Sungai Barito justru menjadi tempat keramat bagi sebagian masyarakat Bakumpai. Mereka juga sering menyerahkan rangkaian bunga dan kain kuning di kawasan Teluk Raja Bagalung.(rekam jejak)
Penulis adalah pemerhati sejarah Banjar
Ketua Lembaga Adat Kerajaan Pulau Laut Korwil Banjarmasin
Keturunan ke-5 Andin Murad (Datu Pulut Negara-HSS)