Setiap ayat dalam Alquran sebenarnya memiliki fadhilahnya masing-masing. Tak terkecuali surat Al-Waqi’ah yang merupakan surat ke-56 dalam Al-Qur’an. Surat yang terdiri dari 96 ayat ini secara garis besar menceritakan kisah kiamat.
Dalam hadis tersebut dijelaskan bahwa Surat Al-Waqiah dan beberapa ayat Alquran lainnya bahkan menyebabkan Nabi Muhammad SAW menjadi abu-abu. Hadits ini dapat dilihat pada kitab Sahih Sunan Tirmidzi: Pilihan Hadits Sahih dari Kitab Sunan Tirmizi
Keutamaan Surat Al-Waqi’ah
Fadhilah Surat Al-Waqi’ah adalah:
1. Pengingat hari kiamat
Dikutip dari artikel Relevansi Surah Al-Waqi’ah dan Isi Fadilahnya: Perbandingan Tafsir Ibnu Katsir dan Az-Zamakhsyari karya Mas’udi dari UIN Syarif Hidayatullah, Surah Al-Waqi’ah mengingatkan akan kedatangan Al-Qur’an. hari terakhir.
Allah SWT mengingatkan kita bahwa hari kiamat itu nyata dan tidak ada yang bisa mengabaikan peristiwa ini. Sebagaimana dinyatakan dalam ayat 1-3
إِذَا وَقَعَتِ ٱلْوَاقِعَةُ .1
2. لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ
3. خَافِضَةٌ رَّافِعَةٌ
Arab Latin: 1. iżā waqa’atil-wāqi’ah, 2. laisa liwaq’atihā kāżibah, 3. khāfiḍatur rāfi’ah
Artinya : 1. Ketika hari kiamat terjadi, 2. Tidak seorangpun boleh berbohong atas apa yang terjadi, 3. (Peristiwa itu) merendahkan (satu kelompok) dan meninggikan (kelompok yang lain).
2. Memberikan solusi dengan izin Allah SWT
Dalam Tafsir Fath Al-Qadir dijelaskan bahwa membaca Surat Al-Waqi’ah merupakan kebiasaan para ulama terdahulu. Dengan izin Allah SWT, Al-Waq’ah dan ayat-ayat Al-Qur’an lainnya membantu orang-orang shaleh mencari jalan keluar di saat-saat sulit.
Solusi ini diterapkan untuk menyebarkan agama Allah, memimpin masyarakat, dan terus berbuat kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.
ﻭﻗﺎﻝ اﻟﻐﺰاﻟﻲ: ﻳﻌﺘﺎﺩ ﺃﻭﻟﻴﺎﺅﻧﺎ ﻣﻦ ﻗﺮاءﺓ ﺳﻮﺭﺓ اﻟﻮا ﻗﻌ ﺔ ﻓﻲ ﺃﻳﺎﻡ اﻟﻌﺴﺮﺓ
Artinya: “Wali kami biasakan membaca surat Waqiah di hari-hari sulit.”
3. Selalu dalam rahmat, rahmat dan ampunan Allah SWT
Keutamaan ini terkait dengan hadis berikut
Artinya: Sayyidina Usman bin Affan RA bertanya kepada Abdullah bin Masud, “Apa yang kamu pikirkan?” Abdullah bin Mas’ud menjawab, “Aku memikirkan dosa-dosaku.” Usman bin Affan berkata, “Apa yang kamu inginkan?” Abdullah bin Mas’ud menjawab, “Aku menginginkan rahmat Tuhanku.” Usman bin Affan berkata, “Apakah kamu tidak memanggil thobib (dokter)?” Abdullah bin Mas’ud berkata, “Thobib mau mengobatiku sakit?” Usman bin Affan berkata, “Haruskah saya memanggilkan dokter untuk Anda?” Abdullah bin Mas’ud menjawab, “Saya tidak membutuhkan itu (saya tidak memerlukan dokter untuk mengobati saya).” Usman bin Affan berkata, “Apakah kamu memikirkan anak-anak perempuanmu