Jakarta – Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassalam (saw) adalah nabi terakhir yang ditunjuk langsung oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala (SWT) sebagai tambahan dari agama-agama samawi sebelumnya.
Dialah satu-satunya manusia yang diutus oleh Allah SWT untuk menjadi utusan. Dengan kesempurnaan akhlaknya, ia juga menjadi Qudwah bagi seluruh umat manusia dari masa ke masa.
Kepergian Nabi Muhammad SAW dalam usia 63 tahun empat hari memang menyisakan duka yang mendalam bagi para sahabatnya dan seluruh umat Islam. Berikut sinopsis momen-momen dari wafatnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam hingga Hari Raya Ilahi.
Wafatnya Nabi Muhammad SAW
Dikutip dari buku Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri, Nabi Muhammad menunjukkan tanda-tanda pisah saat menunaikan ibadah haji. Dan setelah itu, kesehatan Nabi Muhammad mulai menurun.
Pada awal bulan Safar tanggal 11 Hijriah, Rasulullah SAW pergi ke Uhud. Beliau mendoakan orang yang meninggal sebagai orang yang ingin berpisah dengan orang yang masih hidup dan orang yang sudah meninggal.
Saat itu dia naik mimbar dan berpidato: “Sesungguhnya aku meninggalkanmu dulu, karena aku adalah saksi atasmu, dan demi Allah, aku akan melihat ke mana aku sekarang kembali. Aku telah diberi kunci dunia. gudang atau kunci dari kunci dunia, dan demi Allah, saya tidak khawatir bahwa setelah kepergian saya Anda akan menjadi musyrik. Tapi saya khawatir Anda akan bersaing dalam hal ini.
Pada hari Senin tanggal 29 Syafar 11 Hijriah, setelah Nabi Muhammad SAW kembali dari Baqi’, dalam perjalanan beliau mengeluh sakit kepala dan suhu badan naik.
Nabi Muhammad SAW sakit selama beberapa hari. Di minggu terakhir sakitnya, ia memutuskan pindah ke rumah istri kesayangannya, Sayyidah Aisyah Radhiyallahu ‘Anha.
Tepat lima hari sebelum meninggal, suhu tubuhnya naik. Lalu dia berkata, “Percikkan air dari mana saja ke tubuh saya, sehingga saya bisa bertemu orang dan memberi mereka nasihat.”
Setelah merasa sedikit lebih baik, ia masuk masjid dengan kepala terikat, lalu duduk di mimbar dan berpidato kepada orang-orang yang duduk di hadapannya.
Pada hari Kamis, tepat empat hari sebelum kepergiannya, penyakit yang diderita Nabi Muhammad tidak kunjung sembuh. Di tengah sakitnya, Nabi Muhammad tetap memimpin shalat lima waktu.
Namun menjelang shalat Isya, kondisi Nabi Muhammad semakin memburuk, sehingga tidak bisa lagi ke masjid. Dan dia meminta Abu Bakar untuk menggantikannya sebagai imam.
Sebuah hadits yang menjelaskan wafatnya Nabi Muhammad SAW
Dalam literatur hadis, terdapat beberapa hadis yang menggambarkan wafatnya Nabi Muhammad.
Sayyida Aisyah RA berkata:
“Ketika Rasulullah sakit keras pada saat kematiannya, dia memasukkan tangan kanannya ke dalam air, lalu menciumnya dan mengusap wajahnya, lalu berkata: ‘Tidak ada tuhan selain Allah. Memang, kematian memiliki rasa sakit.” [Hadits Riwayat Al-Bukhari]
Hadits tersebut menggambarkan kondisi Nabi Muhammad SAW yang sedang sakit keras dan bagaimana beliau menghadapinya dengan selalu mengingat Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Masih dikutip dari buku yang sama, karya Syafiyyurrahman Al Mubarakfuri, di detik-detik terakhir wafatnya Rasulullah di pangkuan istri tercintanya, Sayyidah Aisyah RA.
Nafas terakhir Rasulullah SAW
Di detik-detik terakhir, Sayyidah Aisyah menarik tubuh Rasulullah SAW ke pangkuannya. Sayyidah Aisyah mengatakan bahwa ini adalah limpahan nikmat yang diberikan Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepadanya. Karena Rasulullah SAW wafat pada hari gilirannya, di rumahnya, di dadanya, dan Allah menyatukan ludahnya dan ludah istri tercintanya.
Ketika Abdurrahman bin Abu Bakar masuk, Sayyidah Aisyah melihat Rasulullah SAW memandangi sivak di tangan sahabatnya.
Dan Sayyidah Aisyah pun menawarinya untuk mengoleskan miswak pada mulut Rasulullah SAW. Dia juga mengiyakan dengan gerakan kepala. Perlahan gosokkan pasta gigi ke mulutnya.
Kemudian Rasulullah SAW mencelupkan kedua tangannya ke dalam bejana berisi air yang berada di dekat kedua tangannya, lalu mengusap wajahnya sambil berkata, “Tiada tuhan selain Allah. Sesungguhnya kematian itu mati.”
Setelah sivak, dia kemudian mengangkat tangan atau jarinya dan mengarahkan pandangannya ke langit-langit rumah. Anda bisa melihat bibirnya bergerak seperti sedang mengatakan sesuatu.
Sayyidah Aisyah juga mendengar apa yang dikatakannya. Rasulullah SAW bersabda: “Berdampinganlah dengan orang-orang yang telah Engkau beri anugerah para Nabi, para Shadiqi, para Syuhada dan Orang-orang Alim. Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku dan kasihilah aku. Kekasih Yang Maha Mulia.”
Rasulullah SAW mengulang kalimat tersebut sebanyak tiga kali dan seketika tangannya menjadi lemah.
Ketika memasuki masa Ruh dan cuaca sudah panas, Inna Lillahi wa inna ilaihi raji’un, Rasulullah SAW wafat Kekasih Yang Maha Tinggi, kembali ke hadirat Ilahi.
Rasulullah SAW wafat pada tanggal 8 Juni 632 (12 Rabi’ul Awal, 11 Hijriah), di Madinah, Arab Saudi.
Inilah kisah wafatnya Rasulullah SAW, Nabi terakhir dan terakhir di antara para Nabi.
Tonton videonya”sholawat“
(hnh/nwk)