Bandung –
Sungai Cikapundung tidak lepas dari aktivitas warga Kota Bandung. Sungai sepanjang 28 kilometer ini telah lama hidup berdampingan dengan kehidupan warga, mulai dari aktivitas sanitasi hingga pemanfaatannya untuk kehidupan sehari-hari.
Namun pada pertengahan tahun 2000-an, kondisi Sungai Cikapundung mengalami perubahan yang cukup signifikan. Tidak sedikit warga yang memanfaatkan Sungai Cikapundung untuk kebutuhan sehari-hari, mulai dari tempat mandi, hingga aktivitas berenang anak-anak sambil bermain di sungai.
Kondisi inilah yang memotivasi Yadi Supriyadi untuk menjaga Sungai Cikapundung. Bersama masyarakatnya, Yadi konsisten melakukan aksi pembersihan sungai selama 14 tahun, mulai dari hulu, tengah hingga hilir Sungai Cikapundung.
Yadi juga masih ingat salah satu pengalamannya saat melakukan aksi membuang sampah di Kali Cikapundung. Itu terjadi pada tahun 2019, dimana 1,5 ton sampah berhasil diangkat dari sungai yang memakan waktu hingga 4 hari.
“Itu tahun 2019 kalau tidak salah bersamaan dengan DLHK Provinsi Jabar turun. Sehingga malam itu terjadi hujan deras. Debit air meningkat, lalu hampir semua sampah masuk ke hilir. sungai,” kata Yadi saat berbincang dengan detikJabar belum lama ini.
Pengangkutan sampah dilakukan dengan teknik penyapuan dari hulu sungai. Sampah tersebut kemudian diangkut ke hilir di kawasan Bojongsong, Kabupaten Bandung, sebelum diangkut menggunakan alat berat.
Setelah diangkat, total 1,5 ton dikumpulkan dalam operasi pembersihan. Sebanyak 30 relawan terlibat yang dibagi menjadi 2 kelompok. Bagi Yadi, operasi ini sekaligus menjadi rekor pembuangan sampah yang pernah dilakukannya saat itu.
“Jadi dari hulu kami menyisir sampah lalu membuangnya ke bawah. Sesampainya di Bojongsoang, ada jembatan untuk membersihkan sampah yang akan masuk ke Citarum. Di sana kami angkut sampah, terkumpul 1,5 ton,” ujarnya.
Sebelum aksi tersebut, Yadi dan komunitasnya juga pernah menggelar kegiatan dengan mengajak masyarakat memasuki Sungai Cikapundung pada tahun 2011. Berbagai kegiatan dilakukan mulai dari membersihkan sampah, berenang di sungai hingga mencoba arung jeram menyusuri Cikapundung.
Kegiatan tahun itu juga membekas di benak Yadi. Pasalnya, selain membuat warga Kota Bandung bernostalgia dengan Sungai Cikapundung, kegiatan ini juga berhasil memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI).
“Kami melakukan kegiatan yang bersifat global, seluruh warga Kota Bandung turun ke sungai dengan fasilitasi ban bekas untuk membersihkan sungai. Hingga kami memecahkan rekor MURI saat itu. Kesannya, banyak warga yang ingin melakukannya lagi, ingin kembali ke sungai untuk beraktifitas,” kata Yadi.
Meski sudah tidak ada lagi kegiatan edukasi seperti ini, Yadi dan masyarakatnya tetap konsisten menjaga kelestarian Sungai Cikapundung. Seminggu sekali, Yadi dan beberapa relawan sungai kerap turun ke Cikapundung untuk membersihkan sampah di hulu, tengah, dan hilir.
Tak hanya itu, Yadi juga bekerjasama dengan pemerintah setempat dalam melestarikan Sungai Cikapundung. Selain membantu pembentukan komunitas penjaga sungai setempat di sepanjang aliran sungai Cikapundung, beberapa proyek pendidikan sungai juga lahir dari ide Yadi dan masyarakat di beberapa tempat.
“Banyak, awalnya diprakarsai oleh masyarakat yang sekarang sudah diadopsi oleh pemkot. Jadi kalau tidak ada gerakan masyarakat sekitar seperti itu, pemkot juga tidak akan, termasuk provinsi membangun beberapa proyek pendidikan sungai, “pungkasnya.
(ral/mso)