PULUHAN JUTA pasang mata, setiap tahun menyaksikan dengan saksama penampilan Liga-1, 2, dan 3 Tanah Air. Puluhan juta sorakan menggelegar mengisi relung sepakbola kami. Itulah warisan yang dihasilkan Azwar Anas, Ketua Umum PSSI ke-11, 1991-1999. Ya, di tangan Azwarlah, kompetisi nasional United dan Galatama bersatu. Harapan dan keyakinan masyarakat terhadap kompetisi nasional perlahan tapi pasti mulai kembali.
Kompetisi sepak bola nasional lahir pada era Bang Ali (Ali Sadikin, Ketum ke-8 PSSI). Walaupun kita menyadari bahwa kompetisi adalah puncak dari pembinaan, ternyata baru pada tahun 1977-78 kompetisi nasional lahir.
Bang Ali bersama wartawan sepakbola yang tergabung dalam SIWO-Jaya, sebut saja: Ardi Syarif (Pos Kota), Zuhri Husen (Merdeka), Lukman Setiawan, Herry Komar (Tempo), Valens Doi, Sumohadi Marsis (Kompas), Tabrin Tahar (Olimpiade Magazine), dan lain-lain, melahirkan sebuah kompetisi nasional yang mereka beri nama Premier Soccer League atau Galatama. Sebelumnya PSSI memiliki Union Competition yang sejatinya adalah sebuah turnamen.
Tiba-tiba Galatama menjadi daya tarik tersendiri bagi para pecinta sepak bola. Bintang nasional pindah ke klub Galatama. Namun di penghujung Kardono, Ketum ke-10 PSSI dan di awal periode pertama Azwar, Galatama kehilangan kepercayaan. Stadion yang dipadati penonton itu menjadi senyap.
Kasus suap telah menghancurkan apa yang dibangun oleh Bang Ali. Azwar, Sekjen PSSI saat itu, Soemaryoto, Nirwan Bakrie, dan beberapa personel lainnya, berusaha menghidupkan kembali kepercayaan. Mereka menggabungkan United dan Galatama menjadi Ligana, Liga Indonesia.
Nah, Liga inilah yang kini bertransformasi menjadi Liga-1 dan perkembangannya menjadi Liga-2 dan 3. Liga yang kemudian melahirkan ratu ribuan bahkan jutaan suporter. Liga yang kemudian melahirkan perekonomian yang baik bagi banyak pihak. Liga yang bukan tidak mungkin suatu saat akan menjadi liga yang bagus.
Sungguh, jika Azwar Anas, mantan Gubernur Sumbar, Menteri Perhubungan, dan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat tidak menerima lamaran Nirwan Bakrie dan kawan-kawan. Azwar yang karena kerja kerasnya gagal terpilih di periode kedua, mungkin liga kita tidak akan semeriah ini.
Minggu (5/3/2023), tepat pukul 11.40, setelah lama sakit, akhirnya dia kembali ke Rahmatullah. Azwar, yang bersuara lembut, yang penuh senyum kini terkapar. Orang baik itu telah pergi dari muka bumi untuk selama-lamanya.
Selamat jalan Pak Azwar Anas, semoga Allah mengampuni segala kesalahan bapak, semoga Allah jadikan perjalanan Liga di Indonesia ibadah bapak, dan semoga husnul khotimah, aamiin ya Rabb.
M. Nigara, Jurnalis Sepak Bola Senior. ***