Salah satu prosesi dalam pernikahan adat Jawa adalah prosesi panggih atau temu manten. Prosesi panggih merupakan prosesi yang mempertemukan kedua mempelai atau disebut juga dhaup atau bertemu. Sahabat panggih dilaksanakan dengan keagungan dan kesucian karena inti prosesi pernikahan adat jawa. Akad nikah yang dilakukan Yusuf dan Salsabila dilakukan secara runtut dengan simbol-simbol yang mengandung ajaran. Prosesi panggih dilakukan setelah ijab kabul atau pelantikan langsung tergantung pada kesiapan dan keinginan kedua mempelai. Tujuan upacara panggih manten atau temu manten adalah untuk mendapatkan peneguhan adat perjodohan antara laki-laki dan perempuan dalam menjalin kasih sayang dengan membentuk keluarga baru.
Dalam prosesi Panggih Manten terdapat prosesi Balangan Gantal. Gantal adalah daun sirih yang dibungkus dengan benang lawe. Benang lawe adalah benang putih yang terbuat dari serat alami. Daun sirih yang digunakan adalah jenis daun sirih hijau. Daun yang memiliki persendian memiliki arti penyatuan rasa antara mempelai pria dan wanita, harapan kedua mempelai seperti daun sirih yang bertemu dengan persendiannya, yaitu bersatu hati dan pikiran, dan tidak menikah. sama seperti satu sama lain tetapi melengkapi dan menyatukan dua orang yang berbeda. Makna ini diambil dari saripati daun sirih, meskipun bagian atas dan bawah daunnya berbeda, namun jika digigit rasanya sama. kedua mempelai melempar gangal pada saat yang bersamaan. Pengantin pria melemparkan gantungan ke arah sisi kanan dada pengantin wanita, sedangkan pengantin wanita mengarahkannya ke bagian bawah pusar pengantin pria. Prosesi lempar gantal memiliki arti bahwa kedua mempelai saling mencintai dari hati atas dasar kejernihan pikiran, dan dalam kehidupan berumah tangga akan banyak masalah yang dihadapi, oleh karena itu kedua mempelai harus mengetahui segala sesuatu dan saling melengkapi dalam keadaan apapun. keadaan.