maesarahCNBC Indonesia
Pasar
Senin, 27/02/2023 07:10 WIB
Foto: Zlaťáky.cz/Pexels
Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas telah jatuh empat minggu berturut-turut. Harga logam mulia tersebut diproyeksikan akan tetap lesu pada pekan ini akibat meningkatnya kekhawatiran investor atas kelanjutan kebijakan tersebut. hawkish bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed).
Pada penutupan perdagangan pekan lalu, Jumat (24/2/2023), emas ditutup di level US$ 1.810,81 per troy ounce. Harga logam mulia melemah 0,64%.
Secara keseluruhan, emas jatuh 1,7% minggu lalu. Pelemahan tersebut memperpanjang penderitaan logam mulia, yang juga merosot dalam tiga minggu sebelumnya.
Pelemahan pada Jumat membawa harga emas ke level terendah sejak 28 Desember 2022 atau dua bulan terakhir.
Pada perdagangan hari ini, Senin (27/2/2023) pukul 06:01 WIB, harga emas menguat tipis ke posisi US$ 1.810,93 per troy ounce. Harga naik sangat tipis 0,007%.
Namun, sebagian besar analis menilai emas tidak memiliki faktor pendukung kuat yang bisa mengangkat harganya. Titik support logam mulia tersebut bahkan bisa terus turun hingga kisaran US$ 1.790 per troy ounce.
“Harga emas terlihat melemah menyusul pernyataan hawkish The Fed. Kemungkinan kenaikan tetap ada namun dalam waktu dekat sepertinya sulit terjadi,” ujar analis Sugandha Sachdeva, dikutip dari Daun mint.
Harga emas sempat melonjak lebih dari 5% di bulan Januari namun terpuruk di bulan Februari, terutama setelah inflasi AS masih tinggi di bulan Januari sebesar 6,4% (tahun demi tahun/ tahun).
Risalah (FOMC) minggu lalu juga mendukung keyakinan bahwa Fed akan tetap dengan kebijakan hawkishButuh waktu lebih lama agar inflasi turun.
“Kami dapat memastikan bahwa kondisi saat ini jelas sangat keras untuk emas. Emas sulit menguat dalam waktu dekat,” ujar Neils Christensen dikutip dari Berita Kitco.
Kebijakan moneter yang ketat akan meningkatkan dolar AS dan menghasilkan utang pemerintah AS.
Kondisi ini tentunya bukan hal yang baik untuk pergerakan emas. Dolar AS yang lebih kuat akan membuat harga emas semakin tidak terjangkau karena mahal.
Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga akan kalah saing dengan utang pemerintah AS.
Pada penutupan perdagangan pekan lalu kemarin, indeks dolar ditutup di level US$ 105,21. Posisi tersebut merupakan yang tertinggi sejak awal Desember 2022.
Sedangkan imbal hasil obligasi pemerintah AS dengan tenor 10 tahun terbang ke 3.95. Level tersebut atau tertinggi sejak 9 November 2022 atau lebih dari tiga bulan.
PENELITIAN CNBC INDONESIA
[email protected]
(mae/mae)