SURABAYA, HARIAN DISWAY – Masjid As-Sakinah, Perumahan Pantai Mentari, Surabaya punya program rutin unggulan. Kajian Subuh namanya. Setiap akhir pekan. Kebiasaan itu berubah jadi rutinitas harian saat memasuki bulan Ramadan begini. Apa alasannya ya digelar Subuh? Padahal itu waktu yang tidak biasa dilakukan oleh masjid perumahan lainnya.
Selalu ramai saat berjamaah Subuh. Itu kesan tak biasa yang dibawakan oleh setelah azan berkumandang. Jemaah berbondong-bondong datang untuk beribadah sekaligus mengkaji agama sebelum memulai hari untuk bekerja.
Tak hanya untuk salat. Tapi mereka juga mengikuti kajian Subuh. “Warga di sini rata-rata punya kesibukan. Jadi Subuh menjadi kesempatan terbaik dan strategis untuk ibadah dan mengenal agama kita lebih dekat,” ungkap Ashari, sekretaris
pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) As-Sakinah.
Buat pengurus, memulai dan membina kebiasaan mulia itu tak mudah. Bahkan untuk membangunnya, diperlukan perjalanan panjang dan menghadapi keraguan.
Diawali dari pengajian door to door yang dilaksanakan warga setempat pada 2003. Wajar, karena secara angka, warga muslim di Pantai Mentari termasuk sedikit. Hanya 88 KK dari 1000 KK. Saat itu.
Semangat pengajian dari rumah ke rumah ini membangkitkan keinginan warga untuk memiliki tempat ibadah. Ashari menceritakan awalnya hanya berbentuk musala kecil berukuran 9×9 meter atau 18 meter persegi, 2005.
Pembangunan itu diinisiasi oleh alm Bambang Sudibyo, Mohamad Rasul, Annis Catur Adi, Hari, As’ad, dan Budi Hartono. “Ibaratnya kalau hal baru butuh penggerak, ya mereka itu penggerak awal,” jelasnya. Upaya itu sempat mengalami kendala finansial. Hingga alm Bambang harus menggadaikan sepeda motornya untuk biaya pembangunan musala.
Memang tidak sia-sia, saat memasuki 2011, musala berhasil berkembang menjadi masjid yang saat ini dikenal As-Sakinah. Kini luas bangunannya menjadi 350 meter persegi. “Terdiri dari satu ruang utama, satu lantai atas, satu teras akhwat, satu teras ikhwan, dan satu teras depan masjid,” terang Annis Catur Adi, ketua DKM As-Sakinah.
Budi Hartono, pengurus Ekonomi dan Usaha DKM As-Sakinah menceritakan pengalaman berkesan saat salat Jumat pertama. Yang baru bisa diselenggarakan pada tahun kedua. Setelah bangunan rampung karena kekhawatiran tidak memenuhi syarat minimal jemaah yaitu 40 orang.
Masjid dengan daya tampung 400 jemaah itu berbeda dari masjid perumahan pada umumnya. Salat Subuh berjamaah akan selalu ramai dihadiri oleh warga perumahan dan sekitar perumahan. Pada hari biasa, jemaah bisa mencapai 100 orang dan pada akhir pekan bisa 150 lebih didukung dengan adanya kajian.
Annis, Budi, dan Ashari mempercayai bahwa Subuh adalah waktu spesial bagi muslim. Kebangkitan Islam sangat terasa saat seseorang mampu bangun dan menegakkan salat Subuh berjamaah. Bahkan manfaat Subuh juga dirasakan oleh warga non-muslim.
Budi sempat khawatir kumandang azan dan kajian mengganggu warga non-muslim sebelah masjid. “Eh ternyata malah senang. Katanya si anak yang susah bangun jadi mandiri bisa bangun pagi karena kumandang azan Subuh. Ada kebaikannya,” ucap Budi, yang tak menduga hal itu.
Baginya, salah satu motivasi warga bersemangat salat Subuh berjamaah adalah waktu antara azan dan iqamah yang tidak terburu-buru. Masjid berusia 18 tahun itu memberi jarak 20 menit. “Yang dari pojok blok tidak tergesa-gesa dan yang masih salat sunah pun bisa tenang dan khusyuk,” tambah Ashari.
Dalam spesial Ramadan 1444H, As-Sakinah memberi reward kajian Subuh rutin 30 hari itu dengan doorprize. Tak tanggung-tanggunh. Satu paket umroh. Ada program santunan kepada duafa/yatim. Juga program Little Ramadhan Journal 26 Maret 2023–15 April 2023. Sebuah rintisan TPQ dan pembinaan keagamaan bagi si kecil penerus generasi.
Ada cerita lain. Pada 2013, Perumahan Pantai Mentari melakukan pengembangan bangunan. Banyak tukang konstruksi yang bekerja di sana. Budi melihat ini sebagai kesempatan untuk melawan keraguan dan segera memulai kebiasaan baik ibadah salat Jumat.
Pria 49 tahun itu menghampiri dan mengajak para pekerja untuk melaksanakan salat Jumat di Masjid As-Sakinah. Ia juga yang memintakan izin pada mandor lapangan. “Tidak hanya mengajak, ibaratnya melayani juga, mereka ibadah sekaligus beristirahat kami sediakan makan di masjid,” jelas Budi yang bernostalgia.
Warga Perumahan Pantai Mentari saat menghadiri kajian rutin di waktu Subuh. Kajian juga disiarkan melalui YouTube Masjid As-Sakinah-Haikal Ismail-Harian Disway
Akhirnya ibadah perdana itu terwujud dengan 56 jemaah pertama. Ternyata pembagian makanan itu berujung menjadi kebiasaan baik. Program itu diberi nama Jumat Berkah. “Alhamdulillah hingga saat ini istikamah. Dulu hanya puluhan sekarang bisa sampai ratusan 200 porsi,” terang Ashari.
Dukungan dari warga sekitar juga mendorong perkembangan program-program lainnya seperti kajian Subuh akhir pekan. Program dimulai pada 2015 dengan penceramah kredibel yang diseleksi. Ada sekitar 100–200 kandidat penceramah pilihan. Anis menjelaskan bahwa mereka menggunakan tes psikologi sejenis dengan tes calon PNS. Itu semua dilakukan agar mendapat sumber belajar yang terbaik.
Apresiasi pemenang doorprize hadiah umroh pada Ramadan tahun lalu, program itu telah berjalan selama 5 tahun.-Haikal Ismail-Harian Disway
Selain itu, ada program kajian khusus muslimat. Diselenggarakan tiga kali per bulan. Para muslimat juga memiliki kebiasaan untuk mengunjungi anak yatim dan memberi santunan. “Kalau enggak begitu, biasanya kami panggil dan ajak makan ke restoran,” jelas Ashari dengan senyum ramah.
Annis menyatakan bahwa ada rencana pengembangan As-Sakinah Mart, yaitu usaha untuk ekonomi masjid yang bergerak dalam bidang sembako. Ada juga GEMMAS (Generasi Milenial Masjid As-Sakinah) sebagai bentuk usaha regenerasi kepengurusan masjid.
Rencananya pengembangan itu dimulai pada 2026. “Harapannya ya, kebaikan ini diteruskan oleh generasi selanjutnya agar tidak berhenti. Memang tidak mudah tetapi Insyaallah kalau niat pasti bisa,” tutup Annis. (Heti Palestina Yunani-Dara Nabila Salsabyla)