Anehnya, daun di sisi Kalimantan Selatan berukuran sebesar telapak tangan orang dewasa, sedangkan di sisi Kalimantan Timur lebih kecil dan memiliki bentuk lonjong memanjang yang sama.
“Saat ini saya di sini menyaksikan keanehan pohon ini yang berada di perbatasan Kaltim dan Kalsel,” kata Budi Santoso, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Penajam Paser Utara, Minggu (4/6). ). Ia singgah dalam perjalanan liburannya dari Kalimantan Selatan ke PPU, Kalimantan Timur. Awalnya, mantan Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) PPU ini tidak mengetahui bahwa di perbatasan kedua provinsi tersebut terdapat pohon besar yang aneh tersebut. Namun, saat dihubungi koran ini melalui telepon WhatsApp (WA) Minggu itu, Budi Santoso mengaku akan segera melintasi perbatasan Kalsel-Kaltim. Wartawan media kemudian memintanya berhenti di perbatasan tak jauh dari gerbang, untuk menyaksikan pohon berdaun ganda itu.
Budi Santoso yang bersama keluarganya telah melintasi perbatasan dan masuk beberapa meter di sisi Kalimantan Timur. Namun karena penasaran dengan pohon unik tersebut, ia kemudian banting setir mobil yang dikendarainya sendiri kembali ke arah perbatasan Kaltim-Kalsel. Setelah bertanya kepada warga yang sedang beristirahat di kawasan kuliner perbatasan, ia kemudian menemukan sebatang pohon seukuran dekapan orang dewasa yang terletak di sebelah kiri Kaltim. Dia kemudian mengambil foto dan video pohon tersebut dengan kamera ponselnya dan mengirimkannya untuk menemani artikel ini. Budi melihat kain kuning ditangkupkan dan diikat di bawah akar pohon yang tingginya sekitar 20 meter dan diameternya tiga kali lengan orang dewasa. Budi mengatakan, hal itu merupakan bagian dari kearifan masyarakat setempat.
Kaltim Post belum mendapatkan referensi untuk membuka misteri pohon yang memiliki dua daun berbeda ukuran itu. Selama ini asal muasal pohon tersebut diceritakan secara lengkap melalui Kitab Legenda Gunung Halat karya Loki Santoso, dan merupakan cerita rakyat dari Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan. Konon, konon pohon ini pernah terbelah menjadi dua akibat pertarungan antara dua sosok sakti, Tiran dan Marlung.
Pendiri Mahasiswa Pencinta Flora-Fauna (Mapflofa) 1984 di Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda Soegeng Soeprianto, Senin (5/6) mengatakan, perbedaan ukuran daun pada tumbuhan dimungkinkan karena pengaruh beberapa hal. Pertama, jelasnya, ada dua tanaman sejenis yang tumbuh berdampingan. Kedua, perbedaan kandungan bonita (tempat tumbuh) unsur hara mikro dan makro pada bentangan akar di bawah tajuk juga bisa menjadi faktor penyebabnya, kata Soegeng Soeprianto yang kini menjabat Sekretaris Bawaslu Kaltara (Kaltara). tim seleksi (Bawaslu). Itu. Efek ketiga, lanjutnya, merupakan hasil gen dari endemik yang memiliki ukuran daun berbeda sejak awal, dan keempat adalah perbedaan naungan di setiap sisi kanopi pertumbuhan, sehingga menentukan model iklim mikro.