Sampit (ANTARA) – Kue Ipau atau disebut juga “wadai ipau” yang merupakan kue khas dari Kalimantan Selatan sedang viral dan heboh di Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.
Selain penasaran dengan rasa kue tradisional yang semakin populer beberapa tahun terakhir ini, masyarakat Sampit juga menyoroti kue ini karena maraknya keracunan warga setelah diduga makan kue ipau saat sarapan pagi.
Data Dinas Kesehatan pada Jumat (31/3), 33 orang dirawat tim medis dan satu orang meninggal dunia. Mereka diduga keracunan setelah memakan kue ipau yang dibeli dari tempat penjual kue khas Ramadhan di Kecamatan Baamang.
Terlepas dari kejadian tersebut, kue ipau semakin diminati. Apalagi kue khas Banjar ini banyak dijajakan saat bulan suci Ramadhan seperti saat ini, terutama untuk menu buka puasa.
Kue Ipau berwarna putih, berbentuk bulat dengan taburan daging di lapisan atasnya dan memiliki tekstur yang lembut. Lapisan adonan terbuat dari tepung, telur dan susu. Isiannya terdiri dari campuran wortel, kentang, bawang bombay, daging, dan sayuran lainnya.
Kue ini dimasak dengan cara dikukus. Setelah matang, kue ipau disajikan dengan kuah santan dan ditaburi seledri, daun bawang, dan bawang goreng.
Ini terlihat seperti Lasagna atau hidangan tradisional Italia berupa pasta yang dipanggang di oven. Tak heran jika ada sebagian orang yang menyebut kue ipau lagi dengan nama “Pizza Banjar” karena bentuknya yang sesuai dengan bentuk pizza.
Saat ini kue ipau semakin dikenal, tak terkecuali Sampit. Apalagi di kawasan ini banyak terdapat “Urang Banjar” atau orang yang berasal dari Kalimantan Selatan dan merupakan keturunan Banjar. Mereka selalu merindukan kelezatan masakan Banjar.
Baca juga: Dinkes Kotim Uji Sampel Kue yang Diduga Penyebab Kematian
Karena rasanya, saat ini kue ipau lebih disukai oleh masyarakat luas. Namun tidak sedikit yang masih asing dengan kue jenis ini.
“Saya coba beli seharga Rp 30.000 per buah. Enak banget. Saya beli karena penasaran karena konon kue khas Banjar, tapi sepertinya baru jadi mode beberapa tahun belakangan ini,” kata Anggie, seorang warga Sampit, Sabtu.
Berdasarkan beberapa literatur, pada awalnya banyak orang membuat kue ipau di Desa Anasan Kecil Barat Banjarmasin Tengah atau di Kampung Arab Banjarmasin. Karena asal muasalnya pula, orang menyimpulkan bahwa kue ipau merupakan campuran kue Arab dan Melayu karena bentuknya yang bulat “piring” yang merupakan kue pisang khas Banjar.
Dari namanya, kue ipau pasti tidak identik dengan nama kue khas Timur Tengah. Nama ipau konon merujuk pada nama orang pertama yang membuat kue tradisional ini di masa lalu.
Kue yang dijual dalam bentuk loyang atau per potong ini diakui sebagai kuliner khas Kalimantan Selatan. Bahkan nama kue ini diatur dalam Keputusan Walikota Banjarmasin Nomor 811/2017.
Kini kue ipau masuk dalam jajaran kue khas Banjarmasin, bersama dengan menu lainnya seperti kue bingka, kue kararaban, kue nasubah, kue ipau, sop Banjar dan ikan saluang.
Karena kue ipau yang membumi, pada tanggal 16 Desember 2017 diadakan Festival Kuliner Khas Banjar Wadai. Salah satu rangkaian acaranya adalah Pawai 1000 Wadai Ipau. Selama itu, sekitar 1.005 porsi kue ipau disajikan kepada para tamu.
Baca juga: Sejumlah warga Sampit diduga keracunan kue khas Ramadan
Kegiatan ini menghasilkan Kota Banjarmasin mendapatkan penghargaan dari Lembaga Prestasi Indonesia-Dunia (Leprid) untuk kategori Pemrakarsa Rekor Sajian Ipau Terbanyak, Penyelenggara Makan Ipau Terbanyak, Peserta Makan Wadai Ipau Terbanyak dan Tim Penggerak PKK Penyelenggaraan Rekor Porsi dan Makan Terbanyak Ipau.
Saat ini kue ipau tidak hanya populer di daerah asalnya Banjarmasin saja, namun sudah merambah daerah lain di Kalimantan, termasuk Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.
Bupati Kotawaringin Timur Halikinnor mengatakan pada pembukaan Pasar Ramadhan di Taman Kota Sampit, selama bulan suci Ramadhan memang banyak kuliner yang berupa hidangan dan kue “tahunan” karena hanya dijual selama bulan suci ini.
Momen ini menjadi daya tarik tersendiri sehingga Pemkab Kotawaringin Timur juga memfasilitasi para pedagang melalui Pasar Ramadhan untuk membantu menggerakkan perekonomian masyarakat.
Selain membantu umat muslim menyiapkan menu sahur dan berbuka puasa, Pasar Ramadhan juga menjadi tempat wisata kuliner bagi pecinta kuliner yang ingin memanjakan lidahnya dengan kue-kue tradisional khas Kalimantan.
Dia mengingatkan para pengusaha kuliner untuk benar-benar menjaga kebersihan makanan, minuman, dan kue yang akan mereka jual. Tujuannya agar makanan tersebut tetap sehat dan tidak terkontaminasi kuman saat dikonsumsi masyarakat.
“Saya berharap makanan dan kue yang dijual tidak menggunakan bahan pengawet, pemanis dan pewarna buatan yang merugikan konsumen. Juga menjaga kebersihan lingkungan,” kata Halikinnor.
Baca Juga: Kemenaker alokasikan Rp 800 juta untuk tahap awal BLK di Sampit
Baca juga: DPRD Kotim Minta Pemkab Bantu Pengusaha Urus Izin Galian C
Baca juga: Disnakertrans Kotim ingatkan ada sanksi bagi perusahaan yang tak bayar THR
Reporter: Nurjani
Editor : Muhammad Arif Hidayat
Hak Cipta © ANTARA 2023