maeCNBC Indonesia
Pasar
Senin, 13/03/2023 06:50 WIB
Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas melonjak setelah Amerika Serikat (AS) diguncang sejumlah kabar buruk pekan lalu.
Pada penutupan perdagangan Jumat (10/3/2023), emas ditutup di level US$ 1.867,79 per troy ounce. Harga logam mulia itu terbang 2,02%.Harga tersebut merupakan yang tertinggi sejak 8 Februari 2023 atau sebulan terakhir.
Kenaikan 2,02% sehari kemarin juga menjadi rekor tersendiri. Kenaikan sebesar 2,02% tersebut merupakan yang tertinggi sejak 10 November 2022 atau dalam empat bulan terakhir dimana pada tanggal tersebut emas terbang 2,84% sehari.
Harga emas juga masih bergerak cepat pagi ini. Pada perdagangan hari ini, Senin (13/3/2023) pukul 05:57 WIB, harga emas berada di level US$ 1.880,69 per troy ounce. Harga menguat 0,69%.
Posisi emas saat ini merupakan yang tertinggi sejak 2 Februari 2022 atau lebih dari sebulan.
Artinya, emas bergerak dalam tren naik sejak Rabu (8/3/2023) lalu. Dalam empat hari perdagangan terakhir, harga emas terbang 3,7% atau hampir 4%.
Lonjakan harga emas tak lepas dari kekacauan di pasar keuangan AS.
Kabar buruk pertama datang dari ambruknya Silicon Valley Bank (SVB) pada Jumat (10/3/2023) atau hanya 48 jam setelah mereka mengumumkan akan menghimpun dana US$2,25 miliar.
Namun, bank tersebut malah kolaps karena banyaknya penarikan dana dari investor dan nasabah. Investor khawatir bahwa bank dalam kesulitan keuangan.
Kasus SVB dengan cepat membuat bursa saham AS Wall Street ambruk dan menyebabkan kepanikan. Emas adalah tempat yang aman untuk dicari di saat ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.
Dengan apa yang terjadi pada SVB, tak heran jika harga emas melambung tinggi.
Berita buruk kedua datang dari meningkatnya pengangguran di AS. AS mengumumkan jumlah pekerja yang mengajukan klaim pengangguran pada pekan yang berakhir 4 Maret 2023 mencapai 211.000 orang.Jumlah ini meningkat 21.000 dibandingkan minggu sebelumnya.
Departemen Tenaga Kerja pada Jumat malam (10/3/2023) juga mengumumkan tingkat pengangguran AS mencapai 3,6% pada Februari 2023.
Angka ini naik dari 3,4% di bulan Januari dan di atas ekspektasi pasar sekitar 3,4%.
Dua kabar buruk ini membuat pelaku pasar optimistis bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan melunak.
Pekan lalu, Ketua The Fed, Jerome Powell, menegaskan bahwa The Fed akan tetap bertahan hawkish. Namun, dengan perkembangan terbaru, The Fed diperkirakan tidak akan melakukannyahawkish sebelumnya.
Dua berita buruk juga membuat dolar AS dan menghasilkan Obligasi pemerintah AS turun ke level terendah sejak awal Februari 2023.
Kondisi yang sangat menguntungkan untuk emas.
“Ada banyak kejutan di akhir pekan lalu dan ini menguntungkan emas. Permintaan emas kembali meningkat,” kata analis Kitco Metals, Jim Wyckoff, dikutip dari Reuters.
PENELITIAN CNBC INDONESIA
(mae/mae)