Jakarta – Lukisan, patung dan lukisan pada umumnya tidak asing dengan dunia Islam, namun ada batasan penggunaan dan produksinya atas perintah Allah. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah potret Nabi Muhammad SAW.
Dikutip dari buku Islam, doktrin dan isu-isu kontemporer Prof.dr. H. Faisah Ismail, M.Si. Pertanyaan ini terkandung dalam firman Allah Ta’ala yaitu Surat Al-Qur’an Az-Zumar ayat 3 yaitu,
???? يَهْدِيْ مَنْ هُوَ كٰذِبٌ كَفَّارٌ
Artinya: “Ketahuilah, hanya Allah sajalah iman yang murni (dari syirik). Orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata) “Kami tidak menyembah mereka, kecuali (kami berharap) bahwa mereka akan membawa kami sedekat mungkin kepada Allah.” Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sesungguhnya Allah tidak lagi membuat orang-orang yang dusta mengingkari.”
Allah SWT tidak membenarkan perilaku menyimpang ini sekalipun dengan alasan bersyafaat kepada-Nya. Menurut Prof. Ph.D. H. Faisah Ismail, MA, Islam mengajarkan bahwa setiap orang dapat menyembah Allah SWT secara langsung dimanapun dan kapanpun tanpa perantara apapun.
Selain itu, juga termasuk larangan representasi visual Nabi Muhammad, baik dalam bentuk patung, gambar atau lukisan. Qari Asim, imam Masjid Mekkah di Leeds, Inggris, meyakini hadits yang melarang penggambaran makhluk hidup otomatis melarang penggambaran Nabi Muhammad.
Uraian hadits yang dimaksud adalah sebagai berikut: “Sesungguhnya malaikat (pemberi rahmat) tidak masuk ke dalam rumah yang di dalamnya ada gambar (makhluk hidup), dan barang siapa yang menggambar (makhluk hidup) akan dihukum atas hari kiamat.” Hakim dan akan dikatakan kepadanya: ‘Hidup makhluk yang Anda ciptakan'” (HR Bukhari)
Setidaknya, ada dua alasan pelarangan penggambaran Nabi Muhammad dalam bentuk tersebut. Berikut ulasannya.
Alasan pelarangan visualisasi wajah Nabi Muhammad SAW
1. Khawatir jadi Wasilah
Alasan pertama mengapa Nabi Muhammad SAW tidak boleh digambarkan dalam bentuk patung, gambar atau lukisan adalah karena dikhawatirkan penggambaran tersebut dapat menjadi komoditas atau perantara dalam beribadah kepada Allah. bagi sebagian umat Islam.
Pengikut Islam di berbagai belahan dunia memiliki pemahaman, pandangan, tingkat pemikiran, tradisi dan budaya yang berbeda, sehingga mereka akan bereaksi terhadap patung, gambar atau gambar Nabi Muhammad dengan cara yang berbeda. Hal ini berpotensi untuk beribadah kepada Allah SWT melalui mediasi visualisasi ini.
“Kultus dan ritus terhadap Allah tidak perlu dan tidak memerlukan mediasi Nabi Muhammad. Beliau bukan ‘agen’ ibadah dan bukan ‘agen’ ibadah,” ujar Prof. Ph.D. H. Faisah Ismail, MA
2. Takut pada sekte
Alasan lain mengapa Nabi Muhammad SAW tidak boleh divisualisasikan dalam bentuk patung, gambar atau lukisan adalah ketakutan sebagian umat Islam akan mengembangkan kultus terhadapnya. Disebutkan dalam hadits bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki ciri-ciri seperti rambut panjang dan janggut yang terjaga.
Penjelasan ini hanya digunakan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai cara atau metode untuk memperkenalkan diri dan mengidentifikasi dirinya, khususnya kepada kaumnya yang hidup setelah wafatnya Rasulullah SAW. Oleh karena itu, umat Islam yang hidup di masa depan tidak akan kekurangan pengetahuan tentang akhlak nabinya.
Dilansir dari BBC, mantan Ketua Institut Pemikiran Politik Islam Dr Azzam Tamimi menambahkan, semua otoritas Islam percaya bahwa Nabi Muhammad SAW dan nabi lainnya tidak dapat digambarkan atau divisualisasikan dalam bentuk apapun.
“Karena mereka, menurut keyakinan Islam, sempurna, individu teladan dan oleh karena itu mereka tidak boleh diwakili dengan cara apapun yang mungkin tidak menghormati mereka,” katanya.
Tonton videonya”sholawat“
(rah/rah)