Oleh: Kadarisman (Presidium DPRD KAHMI Tabalong)
TANJUNG, Klikkalsel.com – Kepengurusan Pimpinan Daerah (PDM) Muhammadiyah bakal berubah. PDM Tabalong menggelar Konferensi Regional (MUSDA) ke-11 akhir pekan ini untuk mengukuhkan nakhoda baru hingga 2027.
Suksesi bukan hanya sekedar ritual periodik organisasi, tetapi sebagai momentum untuk memantapkan tujuan akhir dan ijtihad bukan sekedar melahirkan pemimpin, kalau bisa melahirkan plus – plus pemimpin.
Pemimpin plus-plus adalah pemimpin yang teguh dalam nilai-nilai dasar namun piawai mengejar dimensi sosial dan budaya sehingga Muhammadiyah tidak menjadikannya eksklusif tetapi inklusif.
Kondisi dunia dan sosial saat ini telah bermetamorfosis meninggalkan ortodoksi dalam pemahaman individu dalam beragama yang terpaku pada ritual spiritual dan ritual vertikal.
Hal itu karena para pemimpin PDM ke depan juga akan mampu membaca ayat-ayat qauniyah, ke alam semesta, adaptasi dengan konteks sosial budaya, ekonomi dan politik sebagai bagian dari tajdid dan ijtihad yang tidak bisa dipisahkan dari syiar bilhal agama.
Kepemimpinan Muhammadiyah harus memiliki kemampuan untuk mengeksplorasi lebih dari sekadar ritual spiritual tetapi memasuki ranah rahmatan lil’alamin (QS Al Anbiya: 107) yang menyediakan ruang praktik dan deallektika sosial yang kompleks dan beragam sebagai perwujudan Al Ma’un.
Baca Juga Muhammadiyah Tabalong Bakal Gelar Musyda, Bupati Tabalong Dipastikan Hadir
Baca juga Muhammadiyah Tetapkan 1 Ramadan 23 Maret, Ketua PWM Kalsel: Idul Fitri Berpotensi Berbeda
Era menantang setiap kepemimpinan serta periode di mana kepemimpinan itu berlaku. Memimpin adalah puncak dari kemampuan mempersiapkan diri untuk menerima berbagai semburan kepahitan, bukan medan yang lembut dan bukan hanya sekedar manis apalagi pujian. Leiden lijden, pemimpinnya menderita.
Hal itu karena memimpin PDM tidak hanya memiliki intelektualitas (kearifan) tetapi merupakan tempat subur tumbuhnya kearifan untuk menjaga dinamika organisasi masyarakatnya.
Mereka tidak hanya berwawasan keislaman dan keorganisasian, tetapi juga berwawasan realitas sosial, budaya, dan kebangsaan.
Bagi Muhammadiyah tidak sulit untuk menghasilkan kader-kader pimpinan yang terbaik, karena sistem suksesi di organisasi Muhammadiyah memiliki budaya yang begitu baik. Kepemimpinan di Muhammadiyah dihasilkan dari bottom-up, bukan top-down dan mencerminkan prinsip yang paling demokratis dan paling kondusif.
Kader Muhammadiyah tidak pernah minta dipilih, tapi kadernya selalu diminta. Sistem yang berlaku seperti itu membuat setiap suksesi kepemimpinan di Muhammadiyah di semua tingkatan terhindar dari firqoh dan fraksi-fraksi yang dipicu oleh suksesi yang sering terjadi di organisasi lain.
Maka musda, muswil atau kongres di Muhammadiyah selalu menjadi ajang untuk mempererat tali silaturahim, bergembira dan bergembira.
Bergembiralah karena perayaan setiap lima tahun sekali merupakan tanda bahwa telah terjadi estafet organisasi dan geliat organisasi ini secara terus menerus dari waktu ke waktu.
Yang kami khawatirkan, hajatan tidak lagi terlihat atau tersembunyi karena krisis, kader tidak mumpuni untuk menjawab tantangan zaman.
Tapi itu tidak akan terjadi, karena Muhammadiyah itu seperti alam kehidupan. Dia ada untuk menumbuhkan kehidupan, selama Tuhan membuat sifat dunia sebelum menjadi tidak ada.
Selamat atas Musda Tabalong PDM ke-2. Sukses dan berkah lil’alamin. Billahi fii sabililhaq Fastabiqul Khairat.(***)
Editor: Abadi