akan ada “orang-orang” yang dibekali pengetahuan dan kemampuan khusus untuk melayani lansia.
Jakarta (ANTARA) – Pemerintah dan DPR sepakat penyelenggaraan haji 1444 Hijriah/2023 Masehi harus lebih baik dan dipersiapkan secara matang, agar kualitas layanan kepada jamaah lebih baik dibanding tahun lalu. Dengan semangat inilah Pemerintah dan bangsa Indonesia menyambut musim haji 1444 Hijriah.
Besaran biayanya pun sudah disepakati. Komisi VIII DPR RI dan pemerintah menetapkan biaya perjalanan ibadah haji (Bipih) 2023 sebesar Rp49.812.700,26. Bipih adalah komponen biaya yang dibayar oleh jamaah haji.
Jumlah Bipih yang ditetapkan adalah 55,3 persen dari total Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) yang mencapai Rp90.050.637,26. Sisanya yang 44,7 persen atau Rp40.237.937 diambilkan dari nilai manfaat pengelolaan dana haji yang dikelola BPKH.
Euforia menyambut penyelenggaraan ibadah haji tahun 1444 H/2023 M itu logis. Pasalnya, kali ini adalah penyelenggaraan kedua di tengah “sisa-sisa” pandemi COVID-19 tanpa ada pembatasan dan segala persyaratan.
Arab Saudi tak lagi membatasi kehadiran tamu-tamu Allah Swt. dari seluruh penjuru dunia. Menteri Haji Arab Saudi Tawfiq F. Al Rabiah membuka kuota sekitar dua juta orang untuk hadir di Tanah Suci.
Pemerintah Indonesia dan Arab Saudi pun telah menandatangani MoU pelaksanaan haji. Indonesia mendapat jatah sebanyak 221 ribu orang yang terdiri atas 203.320 calon haji reguler, dan 17.680 calon haji khusus. Adapun untuk petugas, Indonesia mendapat 4.200 kuota.
Kuota tersebut lebih banyak dua kali lipat ketimbang pelaksanaan tahun lalu yang hanya 100.051 orang. Kembalinya ke kuota normal ini berarti masa tunggu atau antrean jamaah Indonesia bisa kembali ke hitungan awal. Meski tetap ada yang harus menunggu belasan hingga puluhan tahun.
Haji Ramah Lansia
Kendati kuota dan besaran biaya haji telah ditetapkan, Pemerintah harus memutar otak. Pasalnya, dari 203.320 calon haji reguler, terdapat sekitar 64 ribu orang (30 persen) berkategori lanjut usia atau berusia di atas 65 tahun.
Mereka umumnya adalah jamaah yang tertunda keberangkatannya pada 2020 dan 2021 karena COVID-19. Jumlah ini jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah jamaah lansia pada penyelenggaraan haji tahun-tahun sebelumnya.
Pelayanan kepada jamaah lansia akan berbeda. Mereka harus mendapat fasilitas khusus, baik saat akan berangkat, di Arab Saudi, maupun saat proses pemulangan ke Indonesia.
Untuk memaksimalkan layanan, Kementerian Agama melalui Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah menyusun skema mitigasi layanan jamaah haji lansia. Penyusunan ini melibatkan peneliti dari Universitas Indonesia.
Kemenag juga akan melibatkan ahli geriatri untuk meminta masukan atau konsultasi mengenai penanganan kondisi kesehatan jamaah lanjut usia.
Sementara dari sisi petugas, akan ada “orang-orang” yang dibekali pengetahuan dan kemampuan khusus untuk melayani lansia. Kemenag bersungguh-sungguh dalam mempersiapkan layanan bagi lansia.
Apalagi penyelenggaraan haji tahun ini Kemenag menetapkan tajuk “Haji Ramah Lansia”.
Skema layanan
Peneliti sekaligus Executive Secretary Centre for Ageing Studies (CAS) Universitas Indonesia, Vita Priantina Dewi, menyebut layanan ramah jamaah haji lansia dapat mengacu pada buku Global Age-Friendly Cities: A Guide (Kota Ramah Lansia Dunia: Sebuah Pedoman) yang diterbitkan WHO pada 2007.
Dalam pedoman tersebut, konsep layanan yang ramah lansia dapat dianalogikan dengan sebuah kota yang ramah usia. Kota yang ramah usia ini diartikan sebagai sebuah kawasan yang mengakomodasi semua fasilitas dan layanan untuk dapat diakses dan melibatkan berbagai kebutuhan dan kapasitas lanjut usia.
Ia kemudian mengusulkan desain pelayanan jamaah haji yang ramah lansia berdasarkan pada enam dimensi dengan mengacu pada Aging in Place Technology Watch Tahun 2010.
Pertama, hotel/asrama haji yaitu penginapan jamaah haji yang dapat mengakomodasi aktivitas lansia dengan menyediakan ruang terbuka, jalan yang melandai, serta akses evakuasi yang mudah.
Kedua, komunikasi dan informasi, yaitu membangun komunikasi yang efektif dengan lansia yang sudah mengalami penurunan fungsi penglihatan.
Ketiga, keamanan dan keselamatan, yaitu menyediakan keamanan umum dan pelayanan gawat darurat bagi lansia sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya kecelakaan.
Keempat, kesehatan dan kesejahteraan, yaitu pendampingan jamaah haji lansia baik untuk aspek kesehatan, mental, maupun spiritual. Contohnya, dengan menyediakan makanan yang baik serta menghadirkan perawat, ahli gizi, dokter spesialis geriatri, dokter gigi, psikolog, dan visitasi oleh ketua kloter dan petugas.
Kelima, fasilitas dan program pelibatan jamaah haji, yaitu membangun kedekatan dengan menghadirkan program yang melibatkan jamaah haji lansia secara langsung.
Terakhir, transportasi, yaitu menyediakan aksesibilitas yang ramah lansia pada sarana transportasi beserta fasilitas di dalamnya.
Kesiapan
Direktur Layanan Haji Luar Negeri Subhan Cholid berani menyebut bahwa persiapan di Arab Saudi sudah mencapai 80 persen. Ada empat layanan yang terus dipersiapkan bagi jamaah calon haji Indonesia selama di Arab Saudi. Keempat layanan itu mencakup akomodasi, transportasi, katering, dan layanan masyair (Arafah-Muzdalifah-Mina).
Kemenag memastikan layanan transportasi yang mencakup bus antarkota perhajian (Madinah-Makkah dan Makkah-Madinah), bus dari bandara ke hotel di Madinah dan Makkah, serta bus shalawat yang akan beroperasi 24 jam mengantar jamaah dari hotel ke Masjidil Haram dan sebaliknya, sudah siap.
Sementara untuk layanan konsumsi, Kemenag terus mematangkannya, agar jamaah calon haji tidak bosan dengan menu makanan.
Kebutuhan konsumsi jamaah haji Indonesia relatif lebih bervariasi ketimbang jamaah dari negara lain. Tiap daerah memiliki keragaman masing-masing. Namun, Kemenag tidak bisa mengakomodasi seluruhnya selera masakan dari setiap daerah, salah satunya karena keterbatasan bahan baku.
Kendati begitu, Kemenag menjanjikan bahwa pada Ramadhan ini persiapan layanan konsumsi atau katering akan tuntas.
Demikian pula dengan layanan transportasi dan akomodasi atau masyair, Kementerian Agama bersama Syarikah Masyariq telah menandatangani kontrak layanan di masyair yang mencakup Arafah, Muzdalifah, dan Mina.
Kerja sama dua pihak sangat diharapkan jamaah calon haji Indonesia agar mereka bisa mendapatkan layanan terbaik, baik dalam layanan tenda selama di masyair, konsumsi, tenda, toilet, dan fasilitas lainnya.
Adapun soal akomodasi, Kemenag telah menyiapkan 111 hotel untuk jamaah calon haji Indonesia selama berada di Makkah. Sistem sewa yang digunakan adalah penuh (full) musim. Sementara di Madinah, ada sekitar 100 hotel yang disiapkan dengan tiga skema, yaitu sewa satu musim, sewa semi musim, dan blocking time.
Tentu, dengan persiapan yang lebih panjang dibanding tahun lalu, penyelenggaraan haji tahun ini harus benar-benar sukses. Jamaah yang telah menunggu sekian tahun mesti mendapatkan layanan terbaik dari penyelenggara.
Di satu sisi, pemberian layanan terbaik akan berpengaruh pada Indeks Kepuasan Jamaah Haji Indonesia (IKJHI) yang menjadi barometer Kementerian Agama.
Apalagi pada penyelenggaraan haji 1443 Hijriah/2023 Masehi, IKJHI memperoleh poin 90,45 atau yang pertama kalinya mencapai angka tersebut.
Maka, persiapan haji tahun ini mengemban tantangan cukup berat untuk mempertahankan kualitas layanan jamaah haji Indonesia.
Editor: Achmad Zaenal M
COPYRIGHT © ANTARA 2023