Dalam artikel ini dibahas mengenai kenangan tentang Aiptu Mamin Siregar, seorang mantan penyidik Satuan Reserse Narkoba Kepolisian Resor Labuhanbatu yang telah meninggal delapan tahun yang lalu. Meskipun berada di era modern yang semakin canggih dengan teknologi seperti komputer dan internet, Aiptu Mamin Siregar masih memilih menggunakan mesin tik manual untuk membuat dokumen dari setiap berita acara penanganan kasus narkoba.
Aiptu Mamin Siregar adalah seorang perwira Polisi yang memiliki semangat Bhayangkara tinggi dalam memberikan pelayanan masyarakat melalui fungsi dan tugas yang diembannya. Meski hanya lulusan SMP, ia telah berhasil membesarkan enam orang anaknya hingga kuliah dan mendapat gelar sarjana dari Universitas Muhammadiyah dan Universitas Sumatera Utara. Meski hanya menerima gaji dan pensiun yang kecil, ia tetap berusaha untuk mengirimkan anak-anaknya ke perguruan tinggi dan mengambil pinjaman dari koperasi kepolisian.
SMP Sipiongot, tempat Aiptu Mamin Siregar lulus sekolah, dahulu merupakan bagian dari kota administratif Padang Sidimpuan pada era Tahun 80an. Namun, kini wilayah tersebut telah menjadi bagian dari salah satu desa di Kecamatan Dolok, Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara. Aiptu Mamin Siregar harus menempuh medan yang sulit selama berhari-hari untuk menempuh pendidikan di Sumatera Utara sebelum akhirnya diterima sebagai anggota Polri.
Selama bertugas sebagai anggota Polri selama hampir 39 tahun, Aiptu Mamin Siregar selalu menjunjung tinggi nilai-nilai profesionalitas dan integritas. Ia juga selalu memegang teguh janji sumpah jabatannya. Meski telah meninggal delapan tahun yang lalu, Aiptu Mamin Siregar tetap dikenang sebagai seorang Polisi Pahlawan yang terus berjuang demi pelayanan masyarakat dan keluarga.
Meskipun memiliki anak-anak yang telah kuliah dan menjadi sarjana, Aiptu Mamin Siregar tetap hidup sederhana dengan tinggal di rumah yang tak memiliki asbes, berlantai tanah, berdinding batu tertutup hanya beberapa lembar seng berkarat. Namun, ia selalu menjaga hati sebagai anggota Polri di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Menurut Ketua PWI Kabupaten Labuhanbatu, Rony Afrizal, Aiptu Mamin Siregar dianggap seperti kakak sendiri yang berprilaku baik dan berpenampilan sangat sederhana. Ia juga selalu menjunjung tinggi integritas dan profesionalitas dalam menjalankan tugasnya. Meski demikian, ia tetap rendah hati dan tidak pernah menunjukkan kesombongan.
Dalam kenangan Rony Afrizal, Aiptu Mamin Siregar sering memainkan mesin tik manual saat menyidik dalam peristiwa penanganan kasus narkoba. Mesin tik inilah yang selalu menjadi kenangan indah bagi Rony dan seluruh anggota Polri yang masih hidup.
Aiptu Mamin Siregar meninggalkan seorang istri bernama Mulyani dan enam orang anak yang telah sukses dalam karir pendidikan mereka. Ia dikenang sebagai sosok yang selalu memperjuangkan kepentingan masyarakat dan keluarganya dengan tulus ikhlas. Meski telah tiada, kenangan tentang Aiptu Mamin Siregar tetap akan terus dikenang oleh keluarga besar serta instansi kepolisian yang pernah bekerja dengannya.