Militer Sudan telah mengakhiri perundingan dengan pasukan paramiliter negara tersebut mengenai kesepakatan gencatan senjata yang baru. Sumber anonim dari pejabat Sudan melaporkan bahwa pemberontak tidak menerapkan ketentuan dalam gencatan senjata, termasuk penarikan mundur dari rumah sakit dan bangunan hunian. Pasukan paramiliter di sisi lain, mengatakan mereka akan tetap komitmen pada gencatan senjata meski ada pelanggaran berulang kali oleh militer.
Khartoum, ibu kota Sudan, telah terjerumus ke dalam kekerasan dan kekacauan sejak tanggal 15 April saat pertempuran antara militer dan pasukan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) meletus. Ketegangan antara kedua pihak semakin meningkat terkait restrukturisasi militer dalam upaya untuk memulihkan negara itu ke pemerintahan sipil dan mengakhiri krisis politik yang dipicu oleh kudeta militer 2021.
Para mediator dari AS dan Arab Saudi telah mencoba untuk mengawasi perundingan gencatan senjata yang berulang kali dilanggar oleh kedua belah pihak. Perang tersebut telah menewaskan ratusan warga dan membuat jutaan orang mengungsi di dalam negeri maupun ke negara-negara tetangga. Khartoum terpaksa mengalami pemadaman berkali-kali dan rumah sakit sebagian besar sudah tidak berfungsi.