SOLOPOS.COM – Ilustrasi ibadah haji. (Freepik.com)
Solopos.com, SOLO — Pahala haji tidak hanya terletak ketika seorang muslim sampai di Tanah Suci. Lebih dari itu seorang muslim bahkan sudah dihitung mendapat pahala sejak mendaftar dan mau sabar menunggu.
“Kesabaran [menunggu keberangkatan] itu ada pahala sendiri, maka para jamaah dianjurkan sabar menunggu jatahnya kapan. Apalagi keistimewaan haji kalau hajinya mabrur ya bisa surga,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Al-Muayyad Solo, Abdul Rozaq, kepada Solopos belum lama ini.
Ulama yang juga Imam Besar Masjid Sheikh Zayed Al-Nahyan Solo itu menjelaskan kewajiban haji ditujukan bagi muslim yang memiliki kemampuan. Termasuk di antaranya sehat jasmani juga rohani, biaya, dan keamanan dalam perjalanan.
“Tapi kalau tiga itu tidak bisa, sakit, biaya tidak ada, dan keamanan tidak ada, seperti tempo hari ada pandemi itu, itu kan haji ditutup, itu tidak bisa,” kata dia.
Terlebih, menurut Abdul Rozaq, ibadah haji merupakan panggilan yang ditujukan untuk seorang muslim. Dia mengatakan yang terpenting selain usaha dan sabar adalah meluruskan niat untuk samata-mata beribadah menunaikan kewajiban.
“Kalau kamu betul-betul niatnya lillahi taala, berapa pun biayanya pasti berangkat,” kata dia.
Dia memberi contoh seorang pengayuh becak yang bisa berangkat haji lantaran niatnya yang kuat untuk menunaikan salah satu rukun Islam tersebut. Abdul Rozaq bercerita pengayuh becak itu mengratiskan penumpangnya sepekan sekali pada hari Jumat.
“Lalu di satu jalan ada orang kaya mobilnya mogok. Diantar dia sama si tukang becak itu. Ketika mau bayar kok tidak mau. Terus ditanya niatnya apa kok digratiskan, si tukang becak itu bilang sedekah ini diniatkan agar suatu saat bisa haji,” kata dia menceritakan.
Lebih lanjut, dia bercerita pengayuh becak itu juga tetap melakukan usaha dengan menabung dari hasil pekerjaannya itu. “Tapi ternyata yang ditolong tadi itu orang kaya, lalu diberangkatkanlah naik haji. Ini kisah, mungkin jalan orang masing-masing bisa sampai ke Tanah Suci, tapi kuncinya tetap sabar sembari usaha,” tambah dia.
Senada, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah 2015-2020, Tafsir, mengatakan perbedaan haji dan umrah salah satunya terletak pada masa pemberangkatan.
“Kalau haji waktu dan tempat pelaksanaan ditentukan, kalau umrah tempatnya saja, waktunya tidak ditentukan,” kata dia.
Oleh karena itu, haji merupakan momentum umat muslim seluruh dunia berkumpul di satu tempat. Sehingga, kata dia, hal itu yang membuat orang yang akan berangkat haji harus terlebih dahulu antre.
“Karena kapasitas haji di Mekah dan Arafah itu hanya kira-kira empat juta orang, sementara peminatnya pasti jauh lebih banyak. Maka itu dibuat kebijakan setiap 1.000 muslim ada satu yang ibadah haji [dalam satu tahun]” jelas dia.
Dia mengilustrasikan jika penduduk muslim di Indonesia berjumlah 210 juta, maka yang berangkat sekitar 210.000. Hal ini lah yang membuat masa tunggu haji relatif lama.
“Ini tidak bisa dipaksakan agar bisa cepat, karena kan wilayah Arab Saudi tidak berkembang, kalau kapasitasnya 4 juta dan dipaksakan misal 8 juta orang nanti malah dikhawatirkan ada musibah,” ujar dia.
Meski masa tunggu relatif lama, menurutnya kesabaran menunggu giliran untuk berangkat ke Tanah Suci itu sudah dihitung sebagai kebaikan dan mendapat pahala. Bahkan, dia menambahkan, di dalam Islam, niat saja sudah dihitung pahala. “Sehingga tidak usah kemudian resah karena sudah daftar tapi belum berangkat,” tambah dia.
Tafsir menambahkan selain niat dan kesabaran menunggu perlu juga diiringi dengan doa agar bisa berangkat tepat pada waktu yang sudah dijadwalkan.
“Selebihnya tinggal tawakal kepada Allah, bahwa kita sudah niat untuk haji, tetapi kuasa sepenuhnya ada di tangan Allah. Dan yang perlu digarisbawahi, Allah itu tidak melihat hasil, tapi melihat usaha kita untuk menunaikan haji,” ujar dia.
Berita Terkait