Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas mulai melandai setelah naik. Pada penutupan perdagangan Senin (20/3/2023), emas ditutup di level US$ 1.978,71 per troy ounce. Harga logam mulia turun 0,46%.
Harga emas juga masih melemah pagi ini. Pada perdagangan hari ini, Selasa (21/3/2023) pukul 05:59 WIB, harga emas berada di level US$ 1.978,49 per troy ounce. Harganya miring 0,01%.
Pelemahan emas ini terjadi setelah logam mulia tersebut melambung tinggi akhir pekan lalu hingga Senin sore kemarin.
Pada perdagangan Senin (20/3/2023) pukul 14:26 WIB, harga emas menembus US$ 2.007,69 per troy ounce atau terbang 1%.
Ini pertama kalinya emas menembus level US$2.000 sejak 8 Maret 2022 atau beberapa hari setelah meletusnya perang Rusia-Ukraina pada akhir Februari 2022.
Analis bank Saxo, Ole Hansen menjelaskan, emas melandai karena sejumlah faktor. Salah satunya adalah tindakan laba mengambil dan harga telah naik tajam.
Sebagai catatan, harga emas melonjak 3,4% seminggu. Krisis perbankan di Amerika Serikat (AS) dan Eropa membuat emas bergerak liar. Pasalnya, banyak investor yang panik dan memburu emas sebagai aset yang aman.
“Emas gagal mengakhiri perdagangan di atas SU$2.000 per troy ounce karena aksi ambil untung,” kata Hansen, dikutip dari Reuters.
Analis OANDA Edward Moya mengatakan emas masih berpotensi naik karena krisis perbankan belum juga teratasi.
Sejumlah langkah mitigasi telah dilakukan namun masalah belum juga teratasi. Seperti diketahui, AS terguncang setelah Silicon Valley Bank (SVB), Silvergate Bank, dan Signature Bank kolaps sementara Eropa diguncang krisis Credit Suisse.
Langkah mitigasi telah dilakukan bank sentral Swiss dengan memberikan pinjaman senilai US$ 54 miliar kepada Credit Suisse.
Sekitar 11 bank di AS juga memutuskan untuk menempatkan deposito di First Republick Bank senilai US$ 30 miliar untuk mencegah bank tersebut menjadi ‘SVB berikutnya’.
“Tindakan darurat telah diambil tetapi semuanya belum berakhir. Aset safe haven sekarang menjadi kunci perdagangan,” kata Moya dikutip dari Reuters.
Perdagangan emas hari ini mungkin masih asik karena investor menunggu keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed).
Seperti diketahui, The Fed akan menggelar pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada Selasa dan Rabu pekan ini waktu AS (21-22/3/2023).
Berdasarkan alat FedWatch yang dimiliki oleh CME Group, pelaku pasar melihat kemungkinan sebesar 62% bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps pada pertengahan minggu ini.
Jika Fed menaikkan suku bunga seperti yang diharapkan maka emas bisa terbang lagi. Namun, jika Fed lebih agresif dari perkiraan maka harga emas bisa ambruk.
Kebijakan moneter yang ketat akan meningkatkan dolar AS dan menghasilkan utang pemerintah AS.
Kondisi ini tentunya bukan hal yang baik untuk pergerakan emas. Dolar AS yang lebih kuat akan membuat harga emas semakin tidak terjangkau karena mahal.
Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga akan kalah saing dengan utang pemerintah AS.
PENELITIAN CNBC INDONESIA
[email protected]
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
“Split” The Fed Menyukai Emas, Harganya Melonjak 2%
(mae/mae)