Pandemi COVID-19 dua tahun lalu telah mempercepat transformasi digital dunia usaha di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel), termasuk membawa perubahan signifikan pada cara dunia usaha beroperasi. Kemunculan COVID-19 mengejutkan seluruh dunia bahkan berdampak pada berbagai aspek kehidupan, termasuk dunia wirausaha yang terpaksa harus beradaptasi dengan tantangan dan ketidakpastian yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dari situlah muncul sebuah inovasi untuk mendorong para wirausaha agar tetap semangat menjalankan usahanya, yakni dengan menggunakan teknologi digital sebagai landasannya.
Hal itulah yang dihadapi sektor perdagangan dan industri di Banjarmasin pada masa pandemi bahkan setelah pandemi. Transformasi digital bisnis di Banjarmasin telah membawa banyak perubahan dan tentunya semakin penting bagi warga dan penjual untuk beradaptasi dengan kenyataan baru tersebut.
Adaptasi
Di Banjarmasin, perkembangan pasar digital yang terjadi sejak pandemi COVID-19 hingga saat ini, telah memberikan banyak perubahan signifikan terhadap cara pelaku usaha beroperasi. Namun minimnya literasi dan pengetahuan serta keterampilan digital masyarakat Banjarmasin menjadi kendala tersendiri khususnya bagi pelaku usaha dalam menjalankan strategi komunikasi pemasaran yang efektif.
Berdasarkan hasil penelitian dalam jurnal “Literasi Digital dan Pengetahuan Komunikasi Informasi Digital pada Masyarakat Pinggiran Banjarmasin”, disebutkan bahwa persepsi masyarakat pinggiran kota Banjarmasin terhadap digital hanya sebatas mengenal internet sebagai media informasi, seperti media sosial Facebook, Twitter, WhatsApp, line dan lain-lain dengan persentase sebesar 51,7% menunjukkan masih banyak masyarakat pinggiran Banjarmasin yang perlu meningkatkan literasi digitalnya.
Oleh karena itu, tentunya setiap masyarakat dan pelaku usaha harus memahami apa itu pemasaran digital agar dapat beradaptasi, yaitu dengan pelatihan dan workshop pemberdayaan UMKM yang didukung oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Badan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Baparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno yang berlangsung dengan sangat antusias dan melibatkan 130 peserta. Hasil dari kegiatan ini memberikan banyak manfaat, peluang bahkan tips untuk mengoptimalkan dan mendorong para pelaku usaha di Banjarmasin untuk memanfaatkan teknologi dengan baik menghadapi kemunculan pasar digital.
Respon Komunitas
Kemunculan pasar digital pun menuai beragam respon dari masyarakat, termasuk warga Banjarmasin. Beragam tanggapan warga Banjarmasin sendiri berbeda-beda tergantung latar belakang dan pengalamannya dalam memanfaatkan teknologi digital. Seorang pelaku yang memiliki latar belakang pendidikan teknologi informasi dan berpengalaman dalam mengembangkan bisnis online tentunya dapat dengan mudah menyikapi kemajuan teknologi bisnis digital dalam kehidupan sehari-harinya.
Berbeda dengan pelaku usaha yang berlatar belakang pendidikan non-teknologi bahkan tidak memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan teknologi, akan sedikit kesulitan dalam menyikapi kemunculan dan kemajuan pasar digital. Misalnya saja salah satu pasar tradisional yang ada di Banjarmasin adalah Pasar Terapung, yang mana rata-rata para pebisnis disini tentunya tidak memiliki latar belakang dan pengalaman yang minim untuk dapat menunjang pengetahuannya yang lebih mendalam mengenai kemunculan dan kemajuan teknologi.
Oleh karena itu, atas dukungan langsung Sandiaga Salahuddin Uno selaku Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), diadakan pelatihan dan workshop pemanfaatan layanan perdagangan digital. Kegiatan ini juga memfasilitasi terbukanya akses layanan digitalisasi pembayaran bagi 150 pedagang Pasar Terapung Lok Baintan yang dilaksanakan pada tahun 2021 melalui penggunaan QRIS yang juga didukung oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan Amanlison Sembirin.
Inovasi Bisnis
Dalam menghadapi transformasi digital, para pelaku usaha juga perlu memperhatikan targetnya sebagai penjual untuk dapat memenuhi kebutuhan pelanggannya. Hal ini erat kaitannya dengan kemunculan pasar digital yang akhir-akhir ini berkembang pesat. Pelaku usaha harus mengetahui proses perubahan struktur organisasinya agar mampu bersaing dengan pelaku usaha lainnya.
Dari hal tersebut terdapat upaya yang dapat dilakukan oleh para pelaku usaha, salah satunya dengan memanfaatkan layanan yang diberikan oleh salah satu pelaku utama digitalisasi di Indonesia yaitu PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk dan Anak Perusahaan berupa layanan kontribusi inovasi. berbasis konektivitas digital, platform digital, dan layanan digital yang diresmikan pada tahun 2021, untuk mendorong pengetahuan dan kemampuan digital di kalangan masyarakat bangsa kini dan masa depan.
Dapat disimpulkan bahwa warga Banjarmasin bahkan para pelaku usaha dapat memanfaatkan layanan digital yang diberikan oleh PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk dan Anak Perusahaan untuk dapat berinovasi dalam menjalankan usahanya dan juga meningkatkan kualitas usaha yang dijalankannya meskipun demikian. mereka menghadapi transformasi digital.
Tantangan Inklusivitas dan Aksesibilitas
Salah satu hal yang menjadi tantangan cukup besar bagi Kota Banjarmasin adalah dari segi pasar tradisionalnya sendiri. Pasar tradisional di Banjarmasin tepatnya pada tahun 2021 hingga saat ini masih mengalami penyesuaian dengan era baru yang datang akibat pandemi COVID-19 yang membuat teknologi digital terus berkembang dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun pasar tradisional sudah memiliki pesaing seperti mini market, supermarket, hypermarket, department store dan mall, namun dampak yang terjadi akibat maraknya pasar digital online yang semakin diminati warga semakin memberikan tantangan di Banjarmasin.
Misalnya saja persaingan ketat antara pasar tradisional dan pasar ritel online yang semakin marak