Pelopor Kecerdasan Buatan (AI), Geoffrey Hinton, mengungkapkan bahwa ancaman dari AI lebih mendesak daripada isu perubahan iklim dalam sebuah wawancara dengan Reuters pada Jumat (5/5). Hinton, dikenal sebagai salah satu “bapak baptis AI”, baru-baru ini meninggalkan Alphabet setelah sepuluh tahun bekerja di perusahaan tersebut. Meskipun karya Hinton penting untuk pengembangan sistem AI kontemporer, ia termasuk dalam jajaran pemimpin teknologi yang khawatir tentang kemungkinan ancaman AI di masa depan jika mesin itu mencapai kecerdasan yang lebih tinggi daripada manusia.
Hinton mengatakan bahwa AI mungkin menjadi ancaman eksistensial bagi manusia, tetapi tidak setuju dengan penghentian penelitian. Meskipun demikian, Hinton menyatakan bahwa kita harus bekerja keras untuk memperhatikan risiko eksistensial dari AI yang sudah sangat dekat dan mencari tahu apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
Di Uni Eropa, sebuah komite anggota parlemen menanggapi surat terbuka yang ditandatangani oleh CEO Twitter Elon Musk, mengusulkan agar dilakukan jeda enam bulan dalam pengembangan sistem AI yang lebih kuat daripada GPT-4 OpenAI yang baru diluncurkan. Komite tersebut juga menyetujui serangkaian proposal penting yang menargetkan AI generatif dan mendorong perusahaan seperti OpenAI untuk mengungkapkan materi hak cipta apa pun yang digunakan untuk melatih model mereka.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden juga mengadakan pembicaraan dengan beberapa pemimpin perusahaan AI pada Mei 2021, termasuk Sundar Pichai (CEO Alphabet) dan Sam Altman (CEO OpenAI). Pembicaraan itu menjanjikan “diskusi yang jujur dan konstruktif” tentang perlunya perusahaan agar lebih transparan tentang sistem mereka.
Hinton menyatakan bahwa pemimpin teknologi dan politisi harus terlibat dalam isu ini, karena hal tersebut mempengaruhi kita semua. Oleh karena itu, kita semua harus memikirkan masalah ini dengan serius.