Pemimpin Pemberontakan Di Tii Di Kalimantan Selatan Adalah: Kisah Berdarah dari Masa Lalu
Pembukaan
Pemberontakan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) adalah salah satu pemberontakan yang paling berdarah di Indonesia pada era 1950-an hingga 1960-an. Pemberontakan ini dilakukan oleh kelompok yang ingin mendirikan negara Islam di Indonesia. Salah satu wilayah yang menjadi lokasi pemberontakan tersebut adalah Kalimantan Selatan.
Latar Belakang Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan
Pada tahun 1949, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya setelah berada di bawah kekuasaan Belanda selama hampir tiga setengah abad. Namun, kemerdekaan Indonesia tidak serta merta membawa kedamaian. Masih banyak permasalahan yang harus dihadapi, salah satunya adalah wilayah-wilayah yang merasa tidak puas dengan pemerintahan pusat.
Di Kalimantan Selatan, terdapat kelompok-kelompok masyarakat yang merasa tidak puas dengan pemerintahan pusat yang masih terlalu sentralistik. Selain itu, adanya ketidakadilan dalam pembagian kekayaan alam dan pengaruh agama Islam yang semakin banyak pada masa itu, menjadi pemicu utama gerakan pemberontakan DI/TII.
Gerakan pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan sebenarnya telah dimulai sejak awal 1950-an. Namun, pada tahun 1957, pemberontakan DI/TII semakin menguat dan mempunyai struktur organisasi yang lebih jelas. Selain di Kalimantan Selatan, pemberontakan DI/TII juga terjadi di daerah-daerah lain di Indonesia, seperti Aceh, Jawa Barat, dan Sulawesi.
Pemimpin Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan
Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan dipimpin oleh beberapa tokoh penting yang tergabung dalam organisasi tersebut. Beberapa tokoh tersebut adalah:
1. Kandre Utama
Kandre Utama adalah salah satu dari beberapa pemimpin pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan yang memiliki pengaruh besar. Ia berasal dari Kabupaten Balangan dan menjadi salah satu tokoh kunci dalam pemberontakan tersebut. Kandre Utama terkenal dengan kemampuannya dalam memimpin gerakan bawah tanah dan melancarkan serangan terhadap pasukan pemerintah.
Terdapat beberapa catatan yang menyebutkan bahwa Kandre Utama memiliki hubungan keluarga dengan salah satu tokoh DI/TII tingkat nasional, yaitu SM Kartosuwiryo. Namun, tidak semua sumber bisa memastikan hubungan keluarga tersebut.
2. Sulaeman
Sulaeman adalah salah satu pemimpin di DI/TII Kalimantan Selatan yang memiliki pengaruh besar. Ia berasal dari Kabupaten Tabalong dan memegang jabatan sebagai komandan lapangan di daerah tersebut. Sulaeman terkenal dengan kemampuannya dalam melancarkan serangan terhadap pasukan pemerintah dan membina hubungan dengan para penduduk setempat.
3. GM Jusuf
GM Jusuf adalah tokoh penting dalam pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan. Ia berasal dari Banjarmasin dan pada awalnya terlibat dalam gerakan Islam politik. GM Jusuf kemudian bergabung dengan DI/TII dan diangkat menjadi salah satu pemimpin di daerah tersebut.
GM Jusuf dikenal sebagai salah satu pemimpin DI/TII yang memiliki kecerdasan dan kemampuan organisasi yang tinggi. Ia banyak berperan dalam memperkuat struktur organisasi DI/TII di Kalimantan Selatan, serta dalam menentukan strategi pergerakan.
Aksi-aksi Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan
Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan dilakukan dengan menggunakan berbagai taktik perang gerilya. Kelompok pemberontak DI/TII banyak membentuk pos-pos tertentu di hutan dan gunung-gunung untuk menjalankan aksinya.
Salah satu aksi pemberontakan DI/TII yang paling dikenal adalah serangan terhadap Daerah Operasi (DO) XIII di Balikpapan pada tahun 1957. Serangan tersebut dilakukan oleh beberapa ratus orang DI/TII yang dipimpin oleh Sulaeman. Dalam serangan tersebut, DI/TII berhasil merebut senjata-senjata yang dimiliki oleh pasukan pemerintah, serta membunuh beberapa anggota pasukan pemerintah.
Aksi pemberontakan DI/TII lainnya adalah pembakaran rumah-rumah penduduk yang dianggap tidak mendukung gerakan pemberontakan tersebut. Beberapa daerah yang menjadi sasaran pembakaran adalah Kusan Hilir, Tanah Bumbu, dan Banjarmasin.
Akhir Pemberontakan dan Dampaknya
Pada tahun 1962, pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan secara resmi berakhir. Pasukan pemerintah yang dikerahkan untuk memadamkan pemberontakan berhasil memukul mundur kelompok DI/TII dari daerah-daerah mereka beroperasi.
Meskipun begitu, banyak kerusakan dan korban jiwa yang meninggalkan bekas hingga saat ini. Jumlah korban dari kedua belah pihak sangat besar, dan banyak masyarakat yang menjadi korban dalam peristiwa tersebut.
FAQ
1. Mengapa DI/TII ingin mendirikan negara Islam di Indonesia?
DI/TII ingin mendirikan negara Islam di Indonesia karena mereka merasa bahwa Pancasila dan konstitusi Indonesia bukanlah dasar yang sesuai dengan ajaran agama Islam.
2. Kapan pemberontakan DI/TII dimulai di Kalimantan Selatan?
Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan dimulai sejak awal 1950-an.
3. Siapa pemimpin pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan?
Beberapa tokoh penting yang memimpin pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan antara lain Kandre Utama, Sulaeman, dan GM Jusuf.
4. Bagaimana akhir dari pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan?
Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan secara resmi berakhir pada tahun 1962 setelah pasukan pemerintah berhasil memukul mundur kelompok DI/TII dari daerah-daerah mereka beroperasi.
5. Berapa jumlah korban dari pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan?
Jumlah korban dari pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan sangat besar, baik dari kedua belah pihak. Meskipun tidak ada data yang pasti, diperkirakan jumlah korban bisa mencapai ribuan orang.