Dinas Pertanian Kabupaten Balangan sedang mencari solusi terkait penurunan harga umbi porang yang saat ini turun dari Rp. 10.000 per kilogram menjadi Rp. 3.000 per kg.
“Memang saat ini setelah ekspor Indonesia ditolak China, harga umbi porang masih rendah yaitu dari Rp 2.000 menjadi Rp 3.000 per kilogram,” ujar Kabid Tanaman Pangan & Hortikultura Balangan. Pelayanan Rizkianor Fauzi di Paringin, Rabu (23/5/2023).
Rizkianor mengungkapkan nantinya pemerintah daerah melalui dinas terkait akan mengarahkan hilirisasi dengan pembinaan petani porang untuk mengolah umbi porang menjadi keripik dengan peralatan pendukung, karena saat ini harga keripik porang sekitar Rp 22 ribu per kilogram.
Rizkianor melanjutkan, nantinya program tersebut akan dimulai pada APBN Perubahan tahun 2023 dan APBN murni tahun 2024 yaitu dengan meningkatkan nilai masyarakat melalui pengolahan barang setengah jadi.
“Karena orang-orang ini sama dengan harga karet, pemerintah tidak bisa mengintervensi, makanya kita respon dengan peningkatan kualitas dan peningkatan nilai tambah,” ujarnya.
Rizkianor berpesan kepada para petani porang di Balangan sebagai masyarakat agraris, beliau sangat prihatin dengan kondisi petani porang saat ini, dan Dinas Pertanian sendiri selalu berusaha tidak hanya untuk meningkatkan kualitas hasil olahan, tetapi juga menjalin hubungan dengan perusahaan pengolah porang.
Sementara itu, salah seorang petani porang di Balangan, Nahli mengatakan, sebelum ini harga umbi porang mencapai Rp. 10.000 per kilogram, kini hanya dijual Rp. 2.000 per kg.
Nahli mengatakan, karena harganya yang terlalu murah, banyak petani porang yang tidak mau memanen porangnya dan menunggu harga membaik nanti, padahal banyak kebun porang yang sebenarnya sudah layak panen.
Padahal sebelumnya, kata Nahli, Pemkab Balangan meminta warga menanam tanaman porang secara besar-besaran, karena saat itu harga sedang membaik untuk ekspor bahkan pemerintah sempat ekspor ke Jepang.
Atas anjuran pemerintah, banyak warga yang mengembangkan tanaman porang, bahkan banyak lahan yang tadinya digunakan untuk tanaman lain diubah menjadi ladang porang, bahkan sawah ditanami porang dengan harapan hasil yang lebih baik.
“Ternyata sekarang harga porang terus turun dan belum ada tanda-tanda membaik,” imbuhnya.